Laman

Senin, 22 Oktober 2012

Kerudung Nabila di Sekolah Korea

Oleh : Shinta Rini 




Maret 2012 ini, Nabila genap 5 tahun 3 bulan. Alhamdulillah, saatnya masuk sekolah TK di Busan, Korea Selatan. Dia sangat antusias sekolah di 동백 유치원 (baca : Dongbaek yuchiwon, TK Camelia). Jarak sekolah dari rumah sekitar lima menit jika naik mobil jemputan dan 15 menit kalau jalan kaki.

Awalnya saya sempat khawatir dengan kemampuan adaptasi Nabila dengan sekolah barunya. Terutama penampilannya yang sangat berbeda. Apa teman-teman dan gurunya di sekolah bisa menerima kerudung Nabila? Apa dia pede sendirian berkerudung?

Saya juga mengkhawatirkan makanan yang dikonsumsi saat jam makan siang di sekolah. Kebetulan sekolahnya menetapkan semua muridnya makan bersama-sama dengan menu makanan yang tersedia. Setelah bernegosiasi dengan gurunya, alhamdulillah sekolah bisa menerima permintaan saya untuk menyiapkan makan siang tanpa daging sapi, babi dan ayam. Gurunya akan menyediakan pengganti daging berupa seafood, telur, ikan teri dan tahu. Syukurlah, saya lega.

Saat hari pertama pun tiba. Sebelumnya, saat orientasi orang tua murid, saya mendapatkan informasi bahwa orang tua dilarang menemani anaknya di kelas agar anak mandiri dan berkembang optimal. Jauh berbeda dengan TK Indonesia yang memberikan toleransi ini dengan anak-anak yang punya kelekatan tinggi terhadap ibunya (attachment).

Sebelum berangkat, saya berpesan ke nabila, “ kalau di sekolah nabila ada teman atau bu guru yang mau lihat rambut nabila, nabila boleh buka sebentar kerudungnya sambil bilang ke mereka kalau nabila punya rambut ya”. Saya mengajari pengucapannya dalam bahasa Korea “머리가 있어요” (baca : moriga issoyo, saya punya rambut).

Akhirnya saya mengantarkannya ke mobil jemputan tepat jam 09.00 KST pagi. Tidak terlihat perasaan takut dan enggan dari Nabila berpisah dengan umminya saat naik mobil jemputan. Gurunya menyambut dengan ramah. Saat mobil jemputannya pergi, di dalam hati saya berdoa semoga dia bisa istiqomah dan senang di sekolahnya. Begini ya rasanya jadi orang tua kalau anaknya beranjak besar. Kesepian juga rasanya, soalnya setiap hari dia menghabiskan seluruh waktunya di rumah bersama saya.

Pukul 15:21 KST, Nabila diantar kembali dengan mobil jemputannya. Saya tinggal menunggu di dekat rumah. Tak sabar rasanya mendengar semua ceritanya. Dengan semangat dia bercerita kalau hari ini senang sekali belajar dan main bersama teman-temannya di sekolah. Saat saya tanya tentang kerudungnya, dia cerita kalau hari ini ada dua orang temannya yang penasaran dengan rambutnya yang ditutupi kerudung. Ibu guru bilang kalau yang Nabila pakai adalah “이스람 모자 ” (baca : iselam moja, topinya orang Islam).

Sebenarnya saya sudah pernah menjelaskan kerudung ini saat mendaftarkan nabila di sekolahnya, namun mungkin bu guru lebih mudah menjelaskan kerudung sebagai topi  orang Islam kepada murid-muridnya agar mudah dipahami. Alhamdulillah setelah dia perlihatkan rambutnya sebentar ke temannya, mereka tidak bertanya lagi. Merekapun mengajak Nabila main bersama.

Setiap pulang dari sekolah, dia selalu melaporkan kalau hari ini ada teman-temannya yang mau melihat apa yang ada di balik kerudungnya. Hal ini berlangsung sekitar empat hari berturut-turut. Dengan sabar dia menjawab rasa penasaran teman-temannya. Gurunya juga ingin tahu kerudung dan rambut nabila. Setelah hari kelima, sudah tidak ada teman-temannya yang menanyakannya lagi. Mereka pun bisa menerima keberadaan nabila dengan kerudung yang dipakainya.

Secara umum, memang keberadaan anak kecil yang menggunakan kerudung di Busan sangatlah jarang. Mungkin hanya Nabila dan temannya, kakak Aya saja. Selebihnya belum pernah saya temui, baik di jalan atau di masjid Al-Fattah tempat para muslim berkumpul.

Saya pikir dengan melihat Nabila, orang Korea jadi mengetahui bagaimana seorang wanita muslimah dan anak muslimah berpakaian jika keluar rumah. Sebagai ibunya, saya  merasa memiliki kewajiban  dan tanggung jawab untuk mendidiknya sejak dini dalam menjaga auratnya dengan menggunakan kerudung. Bahkan ia sudah saya kenalkan menggunakan kerudung sejak berusia 1 bulan. Saat masih bayi, dia sering melepas topi yang saya pakaikan di kepalanya. Namun saat dipakaikan kerudung dia tidak  terlihat “risih” dan tetap membiarkan kerudung dikepalanya. Alhamdulillah ketika dia berusia satu tahun, dia selalu memakai kerudungnya sendiri setiap kali diajak jalan-jalan ke luar rumah.

Sampai sekarang, Nabila tidak pernah mengeluh untuk melepas kerudungnya meski dia berbeda sendiri di sekolahnya.  Bahkan pada saat musim panas (summer), dia beberapa kali diminta oleh ibu-ibu dan nenek Korea untuk melepaskan kerudungnya dan menggulung baju panjangnya. Mereka tidak terbiasa melihat anak kecil menggunakan baju lengan panjang dan kerudung saat musim panas. Umumnya orang Korea menggunakan pakaian tipis dan rok mini saat musim panas. Berbeda 180% dengan saya dan Nabila.

Alhamdulillah dia selalu menggelengkan kepalanya dan tidak mau melepas kerudungnya sebentar pun. Saya pernah berpesan kepadanya : “panasnya summer itu belum seberapa nabila, jika dibandingkan panasnya api neraka. Allah sayang sama anak yang selalu pakai kerudung dan menyiapkan rumah serta apapun yang nabila suka di Surga sebagai hadiahnya“.  Dia semakin semangat untuk terus menggunakan kerudung meski saya tahu pasti dia kepanasan.

Alhamdulillah, saya melihat kebiasaan mengenalkan nabila menutup aurat sejak bayi, membuat dia bangga dan percaya diri dengan identitas keislamannya. Dia merasa kerudung itu sudah melekat dalam dirinya. Saya bersyukur dengan keistiqomahan Nabila menggunakan kerudung meski tidak ada saya di sampingnya. Semoga kelak ketika dia tumbuh menjadi muslimah, akan tetap istiqomah dengan kerudung dan jilbabnya. Aamiin :)








































9 komentar:

  1. Aamiin

    Subhanallah Mbak

    Semoga saya bisa meneladani bila kelak dikaruniai momongan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin,,

      Makasih doanya tante Esti ^_^ Saya dan Nabila bantuin doa juga buat tante, Semoga menjadi orang tua shalih kebangaan anak-anaknya kelak..aamiin..^_^

      Hapus
    2. Mbak Esti, koq gak ada fotonya ? :D

      Duh baru sadar kl yg berkunjung ini mbak Est :)

      Hapus
  2. terharu membacanya mbak Shinta...

    BalasHapus
  3. Masya Allah Mbak Shinta, sangat ikut senang dengan perjuangan untuk istiqomah berhijab bersama Nabila. Semoga istiqomah sampai dewasa ya, Nabila. :) Ikut bersyukur ternyata di Korea Selatan bisa dengan bebas berhijab, tidak seperti negara lain yang masih ketat dan 'suuzon' dengan yang berkerudung, semoga muslimah di sana dilindungi Allah, aamiin. Saya penasaran, Nabila di sekolah ngobrol sama teman-temannya dengan bahasa Koreakah? hehe, just curious.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, Makasih tante Tami buat doanya ke Nabila..Aamiin ^_^

      Iya alhamdulillah mbak..Di Korea kasih toleransi buat muslimah yang mo berhijab pakai kerudung..Biasanya mencoloknya ya pas summer itu..Awal-awal risih juga jadi pusat perhatian karena beda sendiri, alhamdulillah lama-lama udah nyantai..

      Iya full bahasa Korea kl di sekolah..Dia jadi guru bahasa Korea saya, mbak..Jagoan dia soalnya hehe :D

      Hapus
  4. Hebat mba..masya Allah.. Salam hangat untuk mba dan nabila. seperti saudara rasanya membaca ceritanya. smg bs bertemu suatu saat dan berbagi cerita :)

    BalasHapus
  5. Masya Allah mba hebat.. nabila cantik ^^

    BalasHapus