| Shinta Rini |
(*) Tulisan ini dimuat di Buletin Perdana "Risalah " dari Komunitas Muslim Indonesia (KMI)
Teman-teman bisa membaca buletinnya secara online /dari HP dengan cara sebagai berikut :
1. Buletin KMI edisi onlline (di web KMI) : www.bit.ly/BuletinKMI
2. Panduan penggunaan untuk HP/Download PDF: www.bit.ly/BacaBuletin
Selama tinggal di Indonesia yang mayoritas agamanya Islam
tentulah sangat mudah bagi muslim untuk melakukan berbagai aktivitas ketaatan
kepada Allah. Namun tentu berbeda jika kondisinya ada di Korea. Ya kita adalah
salah satu diantara 75 ribu muslim di seluruh pelosok Korea Selatan. Muslim di
Korea tidaklah banyak, hanya sekitar 0,1% dari jumlah penduduk Korea Selatan.
Kita harus bangga dan percaya diri karena kita telah memilih Islam sebagai
agama yang diridhoi oleh Allah. Setidaknya tiket ke surga sudah ada di
tangan, tinggal bagaimana kita mempertahankan agar “tiket surga” tersebut
benar-benar menghantarkan kita ke tempat tujuan. Bukan hal yang mudah saat kita
berusaha mempertahankan keislaman dan keimanan kita di tengah-tengah negeri
yang asing ini.
Godaan dan ujian
tentulah datang silih berganti demi mengukur kadar ketaqwaan kita untuk terikat
dengan hukum dan syariat Allah semata. Lengah dan lalai sedikit tentulah bisa
membuat kita “terperosok jatuh” atau makin jauh dari Islam. Tentu kita tidak
mau menjadi kufur dan futur “lemah iman”, dimana kita merasa biasa-biasa saja saat
berbuat dosa dan kemaksiatan lainnya. Naudzu billah min dzalik, semoga Allah
menjaga iman dan Islam kita, aamiin.
Kita tentu bisa memetik hikmah dan mengambil pelajaran dari kisah
nabi Yusuf saat beliau berada di negeri asing. Keberadaan Nabi Yusuf As yang
jauh dari keluarga dan pengawasan saudara-saudaranya merupakan ujian bagi Nabi
Yusuf untuk senantiasa menjaga dirinya. Beliau tentu memiliki banyak kesempatan
untuk berbuat hal-hal yang dibenci Allah, termasuk zina. Ditambah lagi dengan
linkungan sekitar Nabi Yusuf masih asing dan belum begitu mengenalnya. Ujian
beliau juga terdapat pada lingkungan asing yang memberikan “kebebasan” dan
kesempatan untuk berbuat maksiat.
Tidak jauh berbeda dengan kondisi kita saat harus merantau
jauh dari keluarga tercinta untuk bekerja dan menuntut ilmu di negeri ginseng
ini. Lingkungan Korea yang jauh dari nilai-nilai Islam tentulah memberikan
banyak peluang bagi kita untuk berbuat kemaksiatan, kelalaian dan dosa kepada
Allah. Kita punya peluang untuk berbuat sesuka hati karena jauh dari pengawasan
orang tua, keluarga, kerabat dan lingkungan sekitar kita.
Inilah letak ujian itu. Sejauhmana kita mampu selalu merasa
Allah mengawasi dan mengamati setiap gerak-gerik kita. Allah jugalah yang
paling tahu bagaimana kuatnya usaha (azzam)
kita untuk selalu taat dengan aturan Allah. Kita mungkin akan mengalami jatuh
bangun, lelah yang luar biasa, iman yang naik turun dan kebosanan. Namun
yakinlah kalau Allah akan mengganti itu semua dengan surga yang tak ternilai
harganya dibandingkan dengan apapun yang ada di dunia ini.
Saat memilih Islam sebagai agama, maka kita sudah siap dengan
segala konsekuensi bahwa perilaku kita harus selalu terikat dengan hukum dan
aturan Islam. Saat tinggal di Korea, tentu kita sering mengalami berbagai
benturan dengan kebudayaan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Korea.
Perbedaan dan benturan ini pasti akan menimbulkan pergesekan yang bermakna bagi
kita. Bisa jadi kita semakin kuat mengigit keislaman kita atau membiarkan
keislaman kita luntur ditengah budaya mereka. Inilah ujian itu, dimana kita
harus bangga dengan keislaman sebagai identitas diri. Islam akan menjadi tameng
bagi kita, supaya tidak terwarnai dengan nilai-nilai yang tidak islami. Kita
harus bisa mewarnai lingkungan bukan malah terwarnakan.
Identitas keislaman kita haruslah menjadi prinsip dan tolak
ukur setiap perilaku keseharian kita. Masyarakat Korea yang asing dengan Islam
melihat kita sebagai wajah dari Islam itu sendiri. Penampilan kita yang berbeda
menunjukkan bagaimana Islam dalam hal berpakaian. Hal ini bisa dilihat dari
penampilan para muslimah yang tidak lazim dengan menutup auratnya (kerudung dan
jilbab) ditengah kerumunan wanita Korea yang bebas membuka auratnya dimana
saja.
Saat kehidupan dan masyarakat Korea berjalan sangat cepat dan
menilai waktu adalah uang, muslim harus meluangkan sejenak waktunya untuk
sholat dan bermunajat kepada Allah. Masyarakat Korea pastilah menilai sholat
kita hanyalah membuang-buang waktu saja. Tidak banyak dari mereka yang
menasehati kita supaya meninggalkan Allah dan Islam saat tinggal di Korea. “Toh kalian bisa tetap hidup tanpa harus
selalu sholat setiap hari kan?”.
Mereka tidak tahu bahwa sholat adalah penghubung kita kepada Allah. Ibarat
GPS yang menjadi penunjuk jalan mereka. Tanpa petunjuk dan rahmah dari Allah
pastilah kita akan tersesat di Korea ini.
Sholat juga sebagai tameng dari berbuat dosa. Sholat pula
yang menjadi obat kegelisahan hati dan kekuatan untuk bisa melewati hari-hari
yang berat di Korea. Namun ada juga saudara kita yang dengan mudahnya
melalaikan sholat dengan menunda sholat, menjamak sholat tanpa alas an syar’i,
malu melakukan sholat atau benar-benar meninggalkan sholat. Padahal Rasulullah
SAW telah mengingatkan bahwa : ”Perbedaan
antara kami dengan mereka (orang-orang kafir) adalah shalat, barangsiapa yang
meninggalkannya maka ia telah melakukan kekafiran.” (HR. At Tirmidzi, lihat
Shahih At Targhib no. 564).
Permasalahan yang sering dialami di Korea baik sebagai
pekerja ataupun mahasiswa adalah benturan saat makan bersama dengan masyarakat
Korea, khususnya bersama professor dan sajangnim. Ujian itu kembali datang,
saat kita berani menolak ajakan mereka untuk meminum khamr (soju) dan memakan daging yang diharamkan
dalam Islam. Kita harus bersabar saat menjelaskan kepada mereka alasan kita
menghindari makanan dan minuman haram tersebut. Satu dua kali mungkin mereka
bisa paham, tapi kesempatan lain mereka juga bisa marah. Menolak makanan dan
minuman yang diberikan oleh “orang terhormat” sama artinya kita tidak
menghargai mereka. Kalau sudah begini, berdoa memohon pertolongan Allah akan
menguatkan iman kita. Yakinlah bahwa Allah adalah sebaik-baik penolong.
Tidak banyak juga saudara-saudara kita yang tergelincir,
mereka dengan entengnya meminum soju dan memakan daging supaya keberadaan
mereka bisa diterima di masyarakat. Padahal sekali kita meremehkan dosa, maka
di lain waktu akan terulang kembali jika tidak bertobat. “Sesungguhnya
perumpamaan orang yang meremehkan dosa bagaikan sekelompok orang yang singgah
di sebuah lembah. Ia datang membawa kayu dn terus menerus membawa kayu hingga
(kayu itu menumpuk) mereka dapat memasak makanan mereka.” (HR. Ahmad,
dishahihkan Al Albani).
Banyaknya benturan-benturan yang kita alami setiap hari di
kampus, di pabrik, di kantor dan tempat umum lainnya tentulah membuat tingkat keimanan kita naik turun. Jika kita
tidak menjaganya mungkin akan benar-benar merasa asing dengan Islam itu
sendiri. Beberapa amalan ibadah harian haruslah istiqomah kita lakukan untuk mempertahankan
tingkat keimanan tersebut. Jika kesulitan melakukannya di kampus atau kantor,
kita dapat mengoptimalkannya saat di rumah. Ketika kita rutin mengamalkannya,
maka amalan tersebut akan menjadi kebiasaan yang baik dan pemberat amalan kita
di akherat kelak. Mulailah membiasakan sholat sunnah setelah melakukan sholat
wajib saat di rumah, berdzikir setiap saat, sempatkan sholat sunnah dhuha sebelum
berangkat ke kantor atau ke kampus, mengaji Al-Quran saat menjelang tidur,
melakukan sholat Qiyamulail beberapa
saat sebelum masuk sholat shubuh dan menghapal kan beberapa ayat Al-Quran.
Berkumpul dengan orang-orang sholeh juga akan menjadi tameng (penjaga) supaya kita terhindar
dari perbuatan maksiat. Kita dapat berkumpul bersama teman-teman muslim lainnya
di masjid. Semakin banyaknya jumlah masjid di Korea harus bisa memotivasi kita
untuk memakmurkan masjid tersebut. Masjid memiliki banyak manfaat bagi kita
yang sedang merantau di negeri asing. Masjid adalah tempat beribadah, tempat
majelis ilmu dan tempat bersilahturahmi. Seseorang yang hatinya selalu terikat
dengan masjid maka kelak akan dinaungi oleh Allah pada hari akhirat. Rasulullah
saw bersabda: “Ada tujuh golongan orang
yang akan dinaungi Allah yang pada hari itu tidak ada naungan kecuali dari
Allah: …seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid ketika ia keluar
hingga kembali kepadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Saat berada di Negeri Ginseng yang merupakan negeri dengan
jumlah misionaris terbanyak di Asia Tenggara, tentulah masjid haruslah menjadi
rumah kedua bagi kita. Kita dapat
mendakwahkan Islam kepada masyarakat Korea, khususnya para misionaris yang
tidak lelah mengajak kita untuk berpaling ke agama mereka. Masjid akan menjadi
kekuatan bagi muslim di Korea. Memakmurkan masjid juga membuat seorang muslim
akan memperoleh ketenangan, rahmat dan kemampuan melewati jembatan menuju
surga, Rasulullah saw bersabda: “masjid
itu adalah rumah setiap orang yang bertaqwa, Allah memberi jaminan kepada orang
yang menganggap masjid sebagai rumahnya, bahwa ia akan diberi ketenangan dan
rahmat serta kemampuan untuk melintasi shiratal mustaqim menuju keridhaan
Allah, yakni syurga” (HR. Thabrani dan Bazzar dari Abud Darda ra).
Tidak ada kata terlambat dalam berbuat kebaikan. Dengan
melakukan amalan ibadah dan kebaikan secara rutin dan istiqomah serta selalu
terikat dengan masjid diharapkan mampu membantu mempertahankan keimanan dan
keislaman di negeri yang kita tempati saat ini. Semoga kesungguhan kita dalam
berislam menjadikan kita terhindar dari siksa api neraka dan benar-benar
menghantarkan kita ke SurgaNya Allah, aamiin. Wallahu’alam bi showab.
Cover Buletin KMI (Risalah) |
mak, paragraf awal. Islam agama yang "paling" diridhoi Allah. makna paling di sini berarti ada agama lain yang diridhoi juga mak. tolong luruskan pemahaman saya ya mak.
BalasHapus*Kita harus bangga dan percaya diri karena kita telah memilih Islam sebagai agama yang paling diridhoi oleh Allah.
Hapus==========================================================
oh gitu ya mak Nunung..berarti bahasa yg lebih tepatnya apa ya? bisa bantu mak..apa pake kata "hanya" ya? ato langsung aja gini "Islam sebagai agama yang diridhoi oleh Allah"..Gimana mak?
"…Pada hari ini, telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhoi Islam itu menjadi agama bagimu…” (Q.S. al-Maidah [5]:3)
iya mak, paling nya dihapus saja. menurut saya, cukup agama yang diridhoi Allah. atau satu2nya agama yang diridhoi Allah.
BalasHapussudah sy revisi mak'..jazzakillah khoir mak :)
Hapuswa iyyaki...:-)
Hapussemoga umat Islam di korea semakin banyak, Semangat teteh (9^_^)9
BalasHapus