Kalau sebelumnya di kuliah Bunda Sayang kita belajar
bagaimana mendidik anak dengan cara yang mudah dan menyenangkan, maka di kuliah
Bunda Cekatan kita akan belajar bagaimana meningkatkan kualitas diri kita.
Materi yang pertama dari kuliah Bunda Cekatan adalah “Learn How to Learn”.
Kita akan belajar bagaimana caranya kita belajar. Sebagai seorang Ibu yang
pernah melewati proses belajar di bangku sekolah hingga kuliah, tentul belajar
bukan hal yang asing bagi kita. Namun setelah melewati sekian tahun belajar,
apakah kita sudah paham proses cara belajar kita? dan menemukan passion kita
saat mempelajari sesuatu yang sangat kita minati?. Nah, untuk bisa mendampingi
putra-putri kita belajar, maka sebagai seorang Ibu harus bisa memahami proses
belajar kita terlebih dahulu. Jangan
pernah malu untuk belajar karena belajar itu tidak mengenal usia dan kita akan
terus belajar hingga kita menutup mata.
Saat ini kita berada di zaman yang berubah sangat cepat. Dunia
berubah dan akan terus berubah. Apakah kita masih menggunakan cara belajar yang
sama ? Apa kita harus menyiapkan cara belajar yang berbeda untuk menghadapi
tuntutan dunia yang dinamis ini? Agar
bisa mendampingi anak-anak yang hidup di zaman yang berubah cepat, kita harus
bisa mengimbanginya dengan meng-upgrade kemampuan kita terus menerus dan bisa update
terhadap informasi baru yang berkembang setiap saat. Kalau kita tidak memiliki
ketertarikan untuk menambah wawasan dan tidak mau mencari informasi baru, maka
kita akan mengalami banyak ketinggalan.
Anak-anak akan lebih percaya kepada orang tuanya kalau kita
bisa mendampingi anak-anak dalam menyelesaikan permasalahan yang dia hadapi
setiap saatnya, baik saat belajar maupun dalam permasalahan sehari-hari.
Anak-anak tentu akan banyak bertanya kepada orang tuanya ketika mereka merasa
tidak tahu terhadap sesuatu. Bagaimana kalau kita benar-benar tidak tahu? Tidak
mengapa. Tetapi kita harus bisa mendampingi dan mengarahkan anak-anak untuk
mencari informasi yang benar dan tepat. Dengan mendampingi anak dalam
menyelesaikan suatu permasalahan baru bagi anak, maka kita juga mendapatkan
suatu pencerahan juga. Pada akhirnya kita mendapatkan ilmu baru yang bermanfaat
dan anak pun senang ketika ibunya terlibat dan hadir bersama dia dalam proses belajarnya.
Jadi kita tidak perlu malu kalau kita memang tidak tahu dan tidak perlu merasa
paling tahu. Lebih baik kita tawarkan kepada anak untuk mencari tahu
bersama-sama atau arahkan anak mencari tahu lewat para ahli.
"Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka
hidup di generasinya, bukan pada zaman di mana engkau di didik" (Umar
Ibn Khotob)
Anak-anak kita hidup di zaman yang berbeda dengan kita. Saat ini mereka belajar hal yang berbeda,
dengan cara yang berbeda dan semangat yang berbeda pula. Oleh karena itu tugas
kita sebagai orang tua mempersiapkan mereka untuk bisa belajar tiga hal
penting, yaitu : belajar hal yang berbeda, belajar dengan cara yang berbeda,
dan harus punya semangat belajar yang berbeda juga.
Don’t teach me, I love to learn.
Sebagai
seorang muslim, kita harus memahami bahwa kewajiban menuntut ilmu bukanlah kewajiban
anak-anak sekolah saja tetapi kewajiba bagi setiap muslim dan muslimah. Orang
tua pun juga harus terus belajar dan terus meningkatkan kemampuan dirinya
setiap saat hingga kita bergelar almarhum (sudah tiada). Kewajiban ini akan
menumbuhkan keinginan kita untuk terus belajar setiap waktu tanpa pernah
mengenal kata lelah dan menyerah. Bukankah Allah sudah berjanji kepada kita
bahwa : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (TQS Surat
Al-Mujadilaah ayat 11).
Ketika kita menyakini bahwa Allah akan menaikkan derajat orang yang
berilmu beberapa derajat, maka kita senantiasa semangat untuk belajar terhadap
suatu ilmu dan keahlian baru yang kita pelajari. Saat ibu mempelajari suatu ilmu baru,
misalnya ilmu pengasuhan anak (parenting) maka kita
belajar lebih memahami anak-anak kita, mengajak suami sebagai partner teladan
yang baik bagi anak-anak dan meningkatkan keimanan kita kepada Allah untuk
senantiasa bersabar dalam mendidik anak, memohon petunjuk dalam mendidik
anak-anak yang sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam
mengajari anak-anaknya semakin mencintai Allah, maka kita bisa melanjutkan
proses belajar ini menjadi lebih terampil lagi.
Keimanan akan menjadi dasar yang kuat bagi
anak-anak kita dalam belajar. Ketika anak-anak mempelajari materi apapun yang bisa menambah keimanannya, maka kita harus mendukung proses belajar mereka. Namun sebaliknya
jika dengan mempelajari suatu materi tertentu membuat imannya makin menurun, maka
kita harus berhenti sejenak dan intropeksi diri lalu menambahkan cara lain yang
dapat meningkatkan keimanan mereka. Misalnya : ketika anak senang belajar bermusik.
Jika anak senang bermusik tanpa kenal waktu, menyanyikan lagu-lagu dewasa yang
tidak sesuai dengan umurnya dan membuat dia berani membantah kedua orang tuanya
dan melalaikan sholatnya maka kita harus mengajak anak intropeksi diri terhadap
hobinya itu. Arahkan anak untuk mencintai pelajaran musik tanpa melalaikan
kewajiban sholatnya, mengingatkan anak akan tugas pelajaran sekolah sebelum bermusik,
menciptakan lagu-lagu yang sesuai umurnya dan membuat anak peduli terhadap
nasehat orang tuanya.
Bagaimanapun iman yang kuat ini akan menjadi
dasar pijakan yang akan mengiringi proses belajar anak mempelajari materi
pelajaran apapun, baik di sekolahnya maupun lingkungan sekitarnya. Ini penting
bagi masa depannya. Keimanan ini akan mengarahkan dia untuk belajar materi
pelajaran yang sesuai dengan perintah dan larangan Allah. Jika dia tahu bahwa Allah
akan ridho kalau dia belajar ilmu apapun di sekolahnya membuat dia makin rendah
hati dalam berbagi ilmu dan makin bertakwa kepada Allah dan berhati-hati dalam
melakukan sesuatu karena merasa apapun yang dilakukannya akan senantiasa
dicatat sebagai amal kebaikan atau keburukan, maka dapat dikatakan kalau dia belajar
sesuatu yang “lebih” dibandingkan orang lain. Artinya dia tahu hakekatnya dia
berilmu untuk memberi manfaat untuk orang lain dan kebaikan dirinya di dunia
dan akherat. Ini akan mendorong tumbuhnya karakter yang baik
dalam diri anak-anak kita.
Setelah kita berhasil membantu menguatkan
iman anak kita, maka tugas kita berikutnya adalah belajar memahami proses
belajar yang dilakukan anak setiap saatnya. Anak belajar sepanjang waktu
dimanapun ia berada. Anak harus memahami bahwa proses yang dia alami setiap
harinya dari bangun tidur, sekolah, bermain, berinteraksi dan kembali tidur
lagi adalah proses belajar yang tidak ada hentinya. Inilah tugas
kita untuk menumbuhkan rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu (Intelectual
curiosity) setiap harinya.
Ketika anak memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap
sesuatu yang dia indra dan pelajari, maka akan muncul secara terbuka
imajinasi-imajinasi kreatif dari pikiran anak-anak kita (creative
imagination). Imajinasi anak-anak yang tanpa batas ini membuat dia selalu
punya keinginan untuk melakukan suatu pengamatan (observation), mencari
informasi secara terus-menerus (explore), melakukan suatu proses uji coba
(experiment) sehingga dia mendapatkan suatu kesimpulan atas permasalahan baru
yang dipelajarinya (hipotesa).
Saat anak menemukan “passion” dalam mempelajari sesuatu, maka
anak merasa senang untuk mempelajari hal yang sama setiap harinya. Dia tidak
merasa jenuh dan selalu berbinar-binar dalam menjalankannya. Dia memiliki
keinginan untuk melakukan uji coba setiap harinya dan memiliki semangat baja
untuk tidak mudah menyerah saat mengalami kegagalan. Dia akan merasa bahwa saat
dia mengalami kegagalan, justru dari situ dia banyak belajar. Sehingga pada
percobaan berikutnya dia mencari cara lain yang lebih efektif sehingga dia
berhasil menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya (art discovery). Ketika
dia berhasil menemukan sebuah penemuan baru dari percobaan yang dilakukannya
berulang kali, maka dia dikatakan sebagai orang yang ahli dalam suatu bidang
tertentu dan orang akan menghargai keahlian yang dimilikinya (noble attitude).
Proses anak-anak belajar
menyelesaikan suatu permasalahan yang dia dapatkan di sekolah atau di kehidupan
sehari-hari, tidak melulu harus mereka cari di dalam buku dan bertanya kepada
guru saja. Anak-anak belajar bukan untuk menyelesaikan materi sekolahnya saja,
tapi anak-anak tahu bagaimana caranya belajar. Ada atau tidak ada guru, anak menyukai
belajar dan berupaya mencari informasi tanpa harus bergantung pada guru saja.
Kita kadang memaksakan cara kita belajar kepada anak-anak bukan dengan caranya
mereka belajar sendiri. Padahal sebagai seorang pembelajar sejati, anak-anak
memiliki cara belajarnya yang sesuai dengan kemampuannya sendiri. Anak-anak
sekarang bisa dengan mudah mencari informasi baru melalui internet, bertanya
kepada sang ahli, kerja praktek/magang dengan sang ahli dan bergabung bersama
komunitas yang memiliki minat yang sama untuk mempelajari sesuatu yang dia
minati. Misal : klub pecinta alam, klub sains, klub fotografi, klub komputer,
dan lain sebagainya.
Terdapat tiga jenis gaya belajar
berdasarkan modalitas yang digunakan anak dalam memproses informasi (perceptual
modality), yaitu gaya belajar dengan cara melihat (visual), gaya belajar dengan
cara mendengar (auditori), dan gaya belajar dengan cara praktek (kinestetik). Setiap
anak sebenarnya memiliki modal untuk mempelajari sesuatu melalui ketiga gaya
tersebut, namun biasanya ada salah satu yang lebih menonjol. Dengan mengetahui
gaya belajar yang cocok dengan anak kita, maka kita bisa membantu anak menyerap
dan mempelajari materi dengan lebih cepat, efektif dan optimal.
Anak juga harus sering dilatih untuk
terampil bertanya. Sekolah kadang lebih mengajarkan anak untuk terampil
menjawab, padahal terampil bertanya dapat membangun kreatifitas anak dan
pemahaman terhadap diri serta dunianya. Keinginan belajar tumbuh dari munculnya
berbagai pertanyaan dalam benak anak. Dorong mereka untuk terampil bertanya
dengan konsep (5W+1H) : what, who, when, why, where, which one, dan how.
Caranya kita bisa meletakkan suatu benda di hadapannya, lalu kita minta anak
bertanya tentang benda tersebut. Kita juga bisa bertanya hal-hal yang menarik
di sekitar anak. Pancing anak untuk bertanya dan kita harus sabar menjawab
sampai anak paham penjelasan kita. Ulangi cara ini setiap harinya sehingga anak
menjadi terampil bertanya.
Cara belajar lainnya yang perlu dikembangkan adalah berfikir skeptik.
Dewasa ini informasi apapun dapat dengan mudah dicari melalui internet seperti website,
Google, facebook dan media sosial lainnya. Sebelum kita mempercayai isi artikel
yang kita baca, terlebih dahulu harus dicari dengan cermat sumber artikel
tersebut. Apakah sumbernya valid atau Cuma hoax saja. Jika kita senang
memposting atau berbagi artikel di facebook, blog dan media sosial lain maka
kita harus mengecek kebenaran dari informasi yang kita dapatkan.
Alih-alih
memberikan informasi yang benar, malah kita akan ditegur oleh orang lain karena
berbagi informasi yang salah dan menyesatkan orang lain. Meski hanya berbagi
informasi di dunia maya, kita harus tetap berhati-hati memberikan informasi
yang benar, valid, tepat dan bermanfaat saja. Begitu juga ketika kita
mendampingi anak-anak memcari informasi di internet, harus selalu diperhatikan
rambu-rambunya agar anak tidak menelan mentah-mentah informasi yang dia baca,
arahkan anak mencari sumber informasi di website yang sudah kita percaya sebelumnya,
minta anak menyampaikan informasi yang mereka baca agar kita bisa mengecek
kebenaran informasi tersebut.
Ketika anak memiliki semangat yang mengebu-gebu untuk mempelajari
sesuatu, baik di sekolah maupun di rumah maka sebagai orang tua kita harus bisa
menjaga agar semangat belajarnya tidak mudah padam. Tanamkan kepada anak-anak
kalau belajar bukan untuk mengejar nilai saja, tetapi anak-anak harus tahu
tujuannya dia belajar untuk apa. Tetapkan target yang jelas dan bisa dicapai
anak sehingga ketika anak berhasil mencapai target yang kita tetapkan bersama, anak
memiliki kepercayaan diri dan memiliki semangat untuk mencoba target belajar
yang lebih kompleks lagi. Anak-anak harus paham sekali dengan materi yang kita
berikan sebelum diberikan materi baru. Jangan ajarkan anak untuk sekedar
menghapalkan materi saja, tetapi dia harus paham alur materi yang sudah kita
berikan. Minta anak untuk menuliskan kembali apa yang dia pahami dan minta anak
untuk menjelaskan materi yang dipelajari dengan alat peraga menarik yang dibuat
bersama orang tuanya.
Saat anak lemah mempelajari salah satu pelajaran di
sekolahnya, seperti matematika maka kita tidak boleh memaksa anak untuk ikut
les tambahan matematika dengan gurunya. Jika kita memaksa anak terlalu
berlebihan belajar matematika yang menjadi momok baginya, hanya akan membuat
dirinya stres. Kita harus bisa meninggikan gunung, bukan hanya meratakan
lembah. Jika anak memiliki kelemahan belajar matematika tetapi senang belajar
ilmu pengetahuan alam maka kita bisa tingkatkan waktu belajarnya menjadi lebih
lama supaya anak bisa mencapai prestasi pada pelajaran yang disukainya.
Good is
not enough anymore, we must be different. Kalau kita ahli pada suatu bidang
tertentu, maka orang lain tidak akan fokus lagi terhadap kekurangan yang kita
miliki. Untuk bisa ahli di suatu bidang yang kita minati, kita harus targetkan
waktu belajar yang konsisten setiap harinya. Luangkan 2 jam setiap harinya
untuk belajar pelajaran yang paling kita sukai, hingga kita bisa menjadi ahli.
Jika kita ingin menanamkan kebiasaan yang baik agar menjadi sebuah karakter seperti
menulis artikel, maka setiap harinya kita harus meluangkan waktu untuk menulis
beberapa paragraf hingga menjadi sebuah tulisan selama 90 hari. Pada hari ke 91
maka, kebiasaan itu akan menetap dan kita akan merasa ada yang kurang jika satu
hari saja kita tidak menulis.
Bagaimana caranya kita mengetahui passion anak supaya bisa
dikembangkan menjadi sebuah keahlian yang bisa membuatnya berbeda dengan orang
lain? Pertama-tama kita bisa memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba berbagai
kegiatan yang ingin dilakukannya setiap hari. Selama anak melakukan berbagai
kegiatan, maka kita bisa mengamati perilaku dan ekpresinya. Seorang anak yang
memiliki passion mempelajari suatu materi yang disukainya, pasti matanya akan
berbinar-binar saat mengerjakannya, dia bisa meluangkan waktu yang cukup
panjang untuk mengerjakan sesuatu yang diminatinya.
Misalnya anak senang
membuat robot. Dia pasti akan menghabiskan waktu berjam-jam tanpa lelah untuk
membongkar pasang robot yang dia bikin. Saat belum berhasil menyatukan bagian-bagian
robot yang tertukar, maka dia terlihat tidak mudah menyerah dan terus mencoba. Dampingi
anak saat anak asyik mengerjakan kegiatan yang disukainya, sesekali pancing dia
bercerita kesukaannya membuat robot. Beri apresiasi yang cukup agar anak merasa
dihargai usahanya. Anak pasti senang ketika kita juga terlibat dengan kegiatan
yang disukainya. Selamat mencoba
benar sekali tuh gan belajar itu tidak mengenal usia ,, asal kan kita niat dan ingin belajar pasti akan tercapai semua impian nya
BalasHapusterimakasih atas postingan nya salam hangat gan : http://tanjungherbal.com/cream-arabian/
Yupz bener banget gan.. Thanks udah mampir ya ..
Hapusbiasanya kalau anak2 saya lemah di salah satu mata pelajaran, yang saya cari tau lebih dahulu penyebabnya. Bisa jadi metode belajar yang diberikan gurunya kurang cocok
BalasHapusBetul Mak, setuju.. Terimakasih sharingnya ya Mak.. :)
HapusAssalamualaikum bu shinta, bu bagaimana suasana puasa ramadhan di korea selatan saat ini bu?
BalasHapusjudul matikulnya bagus ..
BalasHapus