![]() |
Sumber gambar : http://www.mindmapart.com/wp-content/uploads/2009/03/sensible-parenting-mind-map-adam-sicinski.gif |
Mendengar kata Mind
mapping, tentu sudah tidak asing lagi di telinga saya. Semenjak kuliah,
saya sering mencatat dengan cara mind mapping. Catatan materi kuliah
saya penuh dengan garis lengkung, singkatan, simbol-simbol dan spidol warna-warni.
Pokoknya catatan saya rame sekali. Apalagi gaya belajar saya dominan visual
learning. Saya lebih suka membaca buku dan lebih mudah memahami pembahasan
melalui singkatan, kata kunci, diagram, ilustrasi gambar, simbol dan peta
dibandingkan mendengar penjelasan langsung dari dosen saya di kelas. Rasanya
kalau tidak mencatat poin-poin penjelasan dosen di buku catatan terasa belum lengkap.
Coretan-coretan mind mapping saat kuliah itu yang banyak membantu saya
belajar di rumah.
Mind mapping membantu saya memetakan materi mana yang harus dipelajari lebih
mendalam, dan mana yang hanya dibaca sebagai pengetahuan saja. Ini membantu
sekali, apalagi waktu itu saya kuliah di jurusan psikologi yang memang banyak materi
hapalannya. Saya harus memahami satu-persatu dari puluhan teori psikologi yang
ada, memahami berbagai instrumen alat tes psikologi yang berbeda-beda fungsinya
dan menganalisa hasil tes pemeriksaan psikologi dengan berbagai teori yang
sudah saya pelajari.
Bagi saya,
mencatat dengan mind mapping ini sangat membantu sekali. Hanya dengan
melihat selembar catatan mind mapping saja, saya bisa memahami
keseluruhan materi yang sudah saya pelajari. Simple dan mudah dipakai
saat harus mendiskusikan materi kuliah dengan teman-teman. Dengan mind mapping
juga, saya terbantu saat presentasi di depan kelas. Biasanya saya sering lupa
karena grogi berbicara di depan kelas. Namun dengan mind mapping, saya
lebih runut dan sistematis menjelaskan presentasi saya tanpa khawatir lupa dan keluar
jalur hehe. Ujian lisan dan tulisan pun alhamdulillah terlalui dengan sukses
dengan bantuan mind mapping.
Tahun 2011 saya
pernah mengikuti pelatihan menulis buku bersama Mbak Indari Mastuti, seorang
Ibu yang berkecimpung di bidang penerbitan buku dan memiliki impian untuk
menerbitkan buku-buku yang ditulis oleh para Ibu rumah tangga. Awalnya saya
menganggap bahwa menulis buku itu sesuatu yang mustahil dan sulit diwujudkan.
Apalagi sebagai seorang Ibu Rumah Tangga yang punya seabrek kegiatan domestik
yang tiada habisnya. Ternyata Mbak Indari memberikan step by step
menulis dari nol. Jadi nggak ada alasan lagi untuk mengatakan menulis buku itu
susah, kata Mbak Indari. Makjleb banget kan? Kena banget dech kata-kata
pamungkas Mbak Indari ini. Saya pun makin bersemangat mengikuti seluruh
kegiatan dan mengerjakan tugas-tugas menulis yang diberikan.
Langkah penting
untuk menulis buku yang paling berkesan saat itu adalah menggunakan mind
mapping dalam memetakan pikiran kita dan membuat alur rancangan buku yang
ingin kita tulis. Saat menuliskan seluruh ide-ide yang muncul di pikiran dalam
bentuk mind mapping, semua menjadi tergambar dengan jelas. Kita jadi
lebih mudah untuk mengurutkan ide-ide itu dalam masing-masing bab yang ingin
kita kupas lebih mendalam. Saat diminta membuat mind mapping buku yang
ingin kita tulis, saya sangat bersemangat sekali untuk mempraktekkannya.
Ternyata memang keren sekali! Kita jadi punya peta pikiran yang sangat detail
dan sistematis untuk mengembangkan ide-ide kita.
Setelah itu
kita bisa memakai mind mapping untuk memandu kita dalam menuliskan
pembahasan topik di setiap bab, mengaitkan topik yang satu dengan topik lainnya
sehingga saling terhubung dan mengurutkan setiap materi sesuai dengan tema-tema
yang sudah kita tentukan. Kunci penting lainnya adalah doa, niat, kemauan dan
tekun menulis. Pantas saja banyak ibu-ibu keren yang menghasilkan karya buku
solonya dari rumah, ternyata ini kuncinya. In shaa Allah, semoga suatu saat
nanti saya bisa mengikuti jejak-jejak mereka, aamiin.
Suatu sore
seperti biasa saya mengikuti kuliah online Bunda Cekatan di Institut Ibu
Profesional. Tema yang dibahas saat itu sangat menarik sekali, yaitu mind
mapping. Ibu Septi mengulas betapa mind mapping memiliki manfaat
luar biasa. Sebagai seorang Ibu, tentu saya punya peran penting dalam
mendampingi proses belajar Nabila. Nah ternyata dengan mind mapping
kegiatan belajar bersama Nabila menjadi lebih menyenangkan. Saat saya tahu caranya
membantu Nabila belajar, ternyata membuat dia semakin semangat belajar. Bu
Septi mengatakan kalau catatan anak-anak dibuat dalam bentuk mind mapping
dan komik biasanya lebih mudah dipahami dan lama diingatnya. Dengan
simbol-simbol, gambar yang menarik, kartun dan kata-kata singkat biasanya akan
lebih mudah “nyantol di otak” dibandingkan penjelasan yang panjang-panjang. Saya
setuju sekali, saya banget nich! hehe.
Saat belajar
matematika bersama Nabila, saya melihat buku pelajarannya penuh dengan gambar
komik yang isinya menjelaskan proses pengurangan, penambahan, dan perkalian
dalam sebuah cerita yang menarik. Dia lebih mudah memahami penjelasan lewat
komik dan gambar-gambar di bukunya daripada penjelasan saya yang
panjang-panjang. Sepertinya dia terlihat bosan kalau saya yang menjelaskan,
saya pun dibuat bingung kenapa kok anak saya nggak paham-paham juga sih.
Setelah saya dijelaskan dalam bentuk cerita dan gambar, semua tersaji secara
kongrit dan akhirnya dia bisa mengerti. Alhamdulillah, ternyata kita juga harus
kreatif menciptakan cara belajar yang menarik dan mudah dipahami anak-anak
kita.
Kalau saya
perhatikan buku-buku pelajaran anak saya di SD Korea memang cukup unik. Buku
pelajarannya sudah seperti buku cerita karena penuh dengan gambar-gambar komik,
cerita bergambar, simbol-simbol gambar dan penuh dengan stiker beraneka ragam.
Saat pertama kali melihat buku pelajarannya, saya sempat terbengong-bengong. “Ini
buku pelajaran kenapa seperti komik, tidak serius seperti buku-buku pelajaran
SD Indonesia yang saya pelajari bersama putri saya?”. Anak saya selalu penuh
semangat kalau menceritakan isi buku pelajaran Koreanya. Dengan melihat sebuah
gambar, dia bisa menceritakan banyak hal. Ternyata imajinasi anak-anak melalui
gambar memunculkan banyak ide-ide cemerlang dan kreatifitas. Sesuai sekali
dengan penjelasan Ibu Septi.
Kebetulan anak
saya memang sangat suka sekali menggambar dan membaca. Sepertinya hobi saya dan
suami menurun ke putri saya. Salah satu buku favorit Nabila adalah serial “Why
series”, sebuah buku komik sains Korea dengan gambar dan alur cerita
yang sangat menarik. Memberikan pengetahuan sains dengan cara yang unik
melalui cerita petualangan yang jenaka dan seru untuk diikuti. Dengan membaca Why
Series, putri saya lebih mudah memahami muatan sains karena terlarut
dalam kisah petualangan yang seru. Ternyata buku komik bisa bikin pintar!
Dia terlihat
asyik dan enjoy sekali kalau sudah membaca buku Why Series di
rumah. Buku ini ditulis oleh Lee Kwang Yong dalam bahasa Korea, bestseller
di Korea dan Indonesia. Alhamdulillah putri saya dengan mudah meminjam
buku-buku itu di perpustakaan sekolahnya. Saya pun senang karena tidak perlu
merogoh kocek banyak untuk membeli buku. Meski demikian saya tetap memantau dan
mengecek isi buku-bukunya supaya dia tidak membaca buku yang salah. Pernah
suatu hari saya pergi menemani dia ke perpustakaan umum dan melihat koleksi buku
Why Series disana. Saya membuka buku Why Series yang
judulnya reproduksi manusia, saya terkejut sekali karena ada banyak gambar yang
tidak pantas dilihat anak-anak. Saya meminta Nabila untuk tidak membaca judul
buku itu karena ada gambar-gambar yang kelihatan auratnya dan nggak boleh
dilihat anak kecil. Semenjak itu saya selektif memilih buku-buku yang dipinjam
Nabila dari perpustakaan umum.
Manfaat mind
mapping lainnya yang saya rasa efektif bagi anak saya adalah membuat
peraturan rumah dan kegiatan harian tertulis yang dia gambar sendiri dan di
tempel di dinding. Kami membuatnya bersama-sama. Saat sepulang sekolah, saya
hanya mengingatkan dia untuk melihat kegiatan apa yang harus dilakukan, apa
saja yang boleh dia lakukan dan tidak boleh dilakukan. Kalau dia lupa melakukan
tugasnya sebelum asyik bermain, saya tinggal mengingatkan dia untuk melihat mind
mapping saja.
Sebelumnya saya
sering mengingatkan anak saya setiap sepulang sekolah untuk meletakkan baju
sekolah yang sudah dipakai ke mesin cuci, memasukkan sepatu ke tempat sepatu,
cuci tangan dan berwudhu lalu sholat dhuhur sebelum mencicipi kue-kue kecil
yang saya siapkan untuknya. Kadang kesal juga kalau sering mengingatkan dia
setiap hari. Ternyata kata Ibu Septi kalau anak-anak melihat peraturan tertulis
biasanya lebih mudah ingatnya daripada mendengar omelan dan ceramah ibunya yang
panjang dan membuatnya bosan, hehe bener juga.
Setelah
mendapat materi mind mapping dari Ibu Septi, saya mulai menerapkan agenda
kegiatan harian dalam bentuk mind mapping yang ditempel di dinding.
Selama ini saya sering kesulitan mengatur pembagian waktu untuk mengerjakan
pekerjaan domestik rumah (seperti mencuci, masak, membersihkan rumah, mengasuh
anak, menemani Nabila belajar), kegiatan di luar rumah, pengajian, menulis, dan
mengurus bisnis souvenir Korea secara online. Semuanya membutuhkan perhatian
saya untuk segera dikerjakan dengan cepat. Saya merasa pekerjaan saya tidak ada
habis-habisnya.
Ketika saya
mencoba menulis kegiatan harian saya dalam buku agenda, saya sering mendapatkan
sisa waktu yang banyak tetapi pekerjaan masih banyak yang belum selesai.
Ternyata saat menuliskan kegiatan dalam bentuk per jam membuat saya merasa
santai kalau pekerjaan yang saya tulis sudah selesai sebelum waktunya, tapi
tidak semua kegiatan dapat tertulis secara detail di agenda. Akibatnya selalu
ada banyak sisa pekerjaan yang terlewat dan menumpuk jadinya.
Saat menuliskan
semua kegiatan rutin dalam selembar kertas mind mapping, saya bisa
melihat dengan jelas dan detail apa saja tugas-tugas yang harus saya kerjakan
hari itu. Biasanya saya menuliskan semua tugas-tugas itu dalam sebuah tabel
yang bisa di centang saat selesai dikerjakan. Jadi dalam setiap ruangan, saya
menuliskan daftar pekerjaan yang harus dikerjakan. Misalnya kegiatan di dapur :
memasak nasi, menyiapkan sayur dan lauk, mencuci piring, merapikan dapur,
mengecek air galon minum, membuang sampah, dll. Kegiatan di ruang tengah :
merapikan mainan, menyapu, mengepel, mengelap perabotan, merapikan buku,
menyiapkan keperluan makan keluarga, dll. Dengan melihat daftar ini saya jadi
tahu mana pekerjaan yang sudah selesai, mana yang masih belum dikerjakan, dan
mana yang harus disambung keesokan harinya. Saya juga bisa memperkirakan berapa
lama waktu yang harus saya persiapkan untuk menyelesaikan tugas saya satu
persatu.
Dengan cara
ini, saya merasa waktu harian menjadi lebih efektif dalam mengerjakan semua
tugas-tugas di rumah. Saat semua pekerjaan primer mengurus rumah dan mengasuh
anak-anak selesai, maka saya bisa mengalokasikan sisa waktu yang ada untuk
mengikuti berbagai kegiatan di luar rumah seperti kursus bahasa Korea,
mengikuti kelas memasak, kelas paper quilling, kelas kerajinan tangan (handmade),
silahturahmi ke rumah teman, mengaji dan sekedar mengajak anak-anak bermain di
taman. Saat mengurus bisnis online pun, saya bisa lebih leluasa mengerjakan tanpa
meninggalkan tumpukan pekerjaan rumah dan rengekan anak-anak yang mengajak main.
Kata-kata Bu
Septi yang paling berkesan saat memberi kuliah mind mapping adalah “kalau
kita ingin produktif diluar rumah maka kuatkan dulu pondasi kita yang utama dalam
mengurus rumah dan anak-anak supaya semuanya bisa berjalan teratur, suami tidak
protes dengan pekerjaan rumah yang menumpuk dan anak-anak tidak terlantar untuk
diurusi”. Buat saya materi mind mapping dari Ibu Septi ini luar biasa
sekali dalam mengubah kebiasaan hidup saya agar bisa lebih teratur menjalani
kegiatan di rumah melalui mind mapping yang sudah saya buat dan selalu komitmen
untuk menyelesaikannya dengan baik.
Alhamdulillah,
tidak ada lagi teriakan dan omelan saat mengingatkan putri saya untuk
mengerjakan tugas hariannya di rumah, karena saya tinggal meminta dia melihat mind
mapping miliknya. Tidak ada lagi sindiran halus dari suami saat saya sibuk mengikuti
kegiatan di luar rumah dan mengurus bisnis online, tapi rumah masih berantakan
dan makan siang belum tersedia di rumah hehe. Suami pun memuji saya karena
cekatan mengurus rumah dan anak-anak. Suami meminta saya untuk mempraktekkan lagi
ilmu-ilmu yang saya dapatkan di kelas Ibu Profesional karena merasa banyak
manfaat yang di dapat. Alhamdulillah, ternyata dengan mempraktekkan mind
mapping di rumah bisa memberi banyak manfaat bagi saya dan keluarga.
Note :
Beberapa aplikasi komputer untuk membuat mind mapping dapat di download secara gratis dari internet seperti : Xmind, Freemind, SimpleMind Free dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar