Laman

  • Home
  • About me
  • My Books
  • My Bussines
  • Lovely Hafidz
  • Lovely Nabila

Selasa, 20 Mei 2014

Materi Kuliah Bunda Cekatan : Learn How to Learn





Kalau sebelumnya di kuliah Bunda Sayang kita belajar bagaimana mendidik anak dengan cara yang mudah dan menyenangkan, maka di kuliah Bunda Cekatan kita akan belajar bagaimana meningkatkan kualitas diri kita. Materi yang pertama dari kuliah Bunda Cekatan adalah “Learn How to Learn”. Kita akan belajar bagaimana caranya kita belajar. Sebagai seorang Ibu yang pernah melewati proses belajar di bangku sekolah hingga kuliah, tentul belajar bukan hal yang asing bagi kita. Namun setelah melewati sekian tahun belajar, apakah kita sudah paham proses cara belajar kita? dan menemukan passion kita saat mempelajari sesuatu yang sangat kita minati?. Nah, untuk bisa mendampingi putra-putri kita belajar, maka sebagai seorang Ibu harus bisa memahami proses belajar kita terlebih dahulu.  Jangan pernah malu untuk belajar karena belajar itu tidak mengenal usia dan kita akan terus belajar hingga kita menutup mata. 



Saat ini kita berada di zaman yang berubah sangat cepat. Dunia berubah dan akan terus berubah. Apakah kita masih menggunakan cara belajar yang sama ? Apa kita harus menyiapkan cara belajar yang berbeda untuk menghadapi tuntutan dunia yang dinamis ini?  Agar bisa mendampingi anak-anak yang hidup di zaman yang berubah cepat, kita harus bisa mengimbanginya dengan meng-upgrade kemampuan kita terus menerus dan bisa update terhadap informasi baru yang berkembang setiap saat. Kalau kita tidak memiliki ketertarikan untuk menambah wawasan dan tidak mau mencari informasi baru, maka kita akan mengalami banyak ketinggalan. 


Anak-anak akan lebih percaya kepada orang tuanya kalau kita bisa mendampingi anak-anak dalam menyelesaikan permasalahan yang dia hadapi setiap saatnya, baik saat belajar maupun dalam permasalahan sehari-hari. Anak-anak tentu akan banyak bertanya kepada orang tuanya ketika mereka merasa tidak tahu terhadap sesuatu. Bagaimana kalau kita benar-benar tidak tahu? Tidak mengapa. Tetapi kita harus bisa mendampingi dan mengarahkan anak-anak untuk mencari informasi yang benar dan tepat. Dengan mendampingi anak dalam menyelesaikan suatu permasalahan baru bagi anak, maka kita juga mendapatkan suatu pencerahan juga. Pada akhirnya kita mendapatkan ilmu baru yang bermanfaat dan anak pun senang ketika ibunya terlibat dan hadir bersama dia dalam proses belajarnya. Jadi kita tidak perlu malu kalau kita memang tidak tahu dan tidak perlu merasa paling tahu. Lebih baik kita tawarkan kepada anak untuk mencari tahu bersama-sama atau arahkan anak mencari tahu lewat para ahli.  


"Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka hidup di generasinya, bukan pada zaman di mana engkau di didik" (Umar Ibn Khotob)


Anak-anak kita hidup di zaman yang berbeda dengan kita.  Saat ini mereka belajar hal yang berbeda, dengan cara yang berbeda dan semangat yang berbeda pula. Oleh karena itu tugas kita sebagai orang tua mempersiapkan mereka untuk bisa belajar tiga hal penting, yaitu : belajar hal yang berbeda, belajar dengan cara yang berbeda, dan harus punya semangat belajar yang berbeda juga.


Don’t teach me, I love to learn. 


            Sebagai seorang muslim, kita harus memahami bahwa kewajiban menuntut ilmu bukanlah kewajiban anak-anak sekolah saja tetapi kewajiba bagi setiap muslim dan muslimah. Orang tua pun juga harus terus belajar dan terus meningkatkan kemampuan dirinya setiap saat hingga kita bergelar almarhum (sudah tiada). Kewajiban ini akan menumbuhkan keinginan kita untuk terus belajar setiap waktu tanpa pernah mengenal kata lelah dan menyerah. Bukankah Allah sudah berjanji kepada kita bahwa : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (TQS Surat Al-Mujadilaah ayat 11). 


            Ketika kita menyakini bahwa Allah akan menaikkan derajat orang yang berilmu beberapa derajat, maka kita senantiasa semangat untuk belajar terhadap suatu ilmu dan keahlian baru yang kita pelajari. Saat ibu mempelajari suatu ilmu baru, misalnya ilmu pengasuhan anak (parenting) maka kita belajar lebih memahami anak-anak kita, mengajak suami sebagai partner teladan yang baik bagi anak-anak dan meningkatkan keimanan kita kepada Allah untuk senantiasa bersabar dalam mendidik anak, memohon petunjuk dalam mendidik anak-anak yang sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam mengajari anak-anaknya semakin mencintai Allah, maka kita bisa melanjutkan proses belajar ini menjadi lebih terampil lagi. 


Keimanan akan menjadi dasar yang kuat bagi anak-anak kita dalam belajar. Ketika anak-anak mempelajari materi apapun yang bisa menambah keimanannya, maka kita harus mendukung proses belajar mereka. Namun sebaliknya jika dengan mempelajari suatu materi tertentu membuat imannya makin menurun, maka kita harus berhenti sejenak dan intropeksi diri lalu menambahkan cara lain yang dapat meningkatkan keimanan mereka. Misalnya : ketika anak senang belajar bermusik. Jika anak senang bermusik tanpa kenal waktu, menyanyikan lagu-lagu dewasa yang tidak sesuai dengan umurnya dan membuat dia berani membantah kedua orang tuanya dan melalaikan sholatnya maka kita harus mengajak anak intropeksi diri terhadap hobinya itu. Arahkan anak untuk mencintai pelajaran musik tanpa melalaikan kewajiban sholatnya, mengingatkan anak akan tugas pelajaran sekolah sebelum bermusik, menciptakan lagu-lagu yang sesuai umurnya dan membuat anak peduli terhadap nasehat orang tuanya.  


                 Bagaimanapun iman yang kuat ini akan menjadi dasar pijakan yang akan mengiringi proses belajar anak mempelajari materi pelajaran apapun, baik di sekolahnya maupun lingkungan sekitarnya. Ini penting bagi masa depannya. Keimanan ini akan mengarahkan dia untuk belajar materi pelajaran yang sesuai dengan perintah dan larangan Allah. Jika dia tahu bahwa Allah akan ridho kalau dia belajar ilmu apapun di sekolahnya membuat dia makin rendah hati dalam berbagi ilmu dan makin bertakwa kepada Allah dan berhati-hati dalam melakukan sesuatu karena merasa apapun yang dilakukannya akan senantiasa dicatat sebagai amal kebaikan atau keburukan, maka dapat dikatakan kalau dia belajar sesuatu yang “lebih” dibandingkan orang lain. Artinya dia tahu hakekatnya dia berilmu untuk memberi manfaat untuk orang lain dan kebaikan dirinya di dunia dan akherat.  Ini akan mendorong tumbuhnya karakter yang baik dalam diri anak-anak kita. 


Setelah kita berhasil membantu menguatkan iman anak kita, maka tugas kita berikutnya adalah belajar memahami proses belajar yang dilakukan anak setiap saatnya. Anak belajar sepanjang waktu dimanapun ia berada. Anak harus memahami bahwa proses yang dia alami setiap harinya dari bangun tidur, sekolah, bermain, berinteraksi dan kembali tidur lagi adalah proses belajar yang tidak ada hentinya. Inilah tugas kita untuk menumbuhkan rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu (Intelectual curiosity) setiap harinya. 


Ketika anak memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu yang dia indra dan pelajari, maka akan muncul secara terbuka imajinasi-imajinasi kreatif dari pikiran anak-anak kita (creative imagination). Imajinasi anak-anak yang tanpa batas ini membuat dia selalu punya keinginan untuk melakukan suatu pengamatan (observation), mencari informasi secara terus-menerus (explore), melakukan suatu proses uji coba (experiment) sehingga dia mendapatkan suatu kesimpulan atas permasalahan baru yang dipelajarinya (hipotesa). 


Saat anak menemukan “passion” dalam mempelajari sesuatu, maka anak merasa senang untuk mempelajari hal yang sama setiap harinya. Dia tidak merasa jenuh dan selalu berbinar-binar dalam menjalankannya. Dia memiliki keinginan untuk melakukan uji coba setiap harinya dan memiliki semangat baja untuk tidak mudah menyerah saat mengalami kegagalan. Dia akan merasa bahwa saat dia mengalami kegagalan, justru dari situ dia banyak belajar. Sehingga pada percobaan berikutnya dia mencari cara lain yang lebih efektif sehingga dia berhasil menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya (art discovery). Ketika dia berhasil menemukan sebuah penemuan baru dari percobaan yang dilakukannya berulang kali, maka dia dikatakan sebagai orang yang ahli dalam suatu bidang tertentu dan orang akan menghargai keahlian yang dimilikinya (noble attitude). 


                Proses anak-anak belajar menyelesaikan suatu permasalahan yang dia dapatkan di sekolah atau di kehidupan sehari-hari, tidak melulu harus mereka cari di dalam buku dan bertanya kepada guru saja. Anak-anak belajar bukan untuk menyelesaikan materi sekolahnya saja, tapi anak-anak tahu bagaimana caranya belajar. Ada atau tidak ada guru, anak menyukai belajar dan berupaya mencari informasi tanpa harus bergantung pada guru saja. Kita kadang memaksakan cara kita belajar kepada anak-anak bukan dengan caranya mereka belajar sendiri. Padahal sebagai seorang pembelajar sejati, anak-anak memiliki cara belajarnya yang sesuai dengan kemampuannya sendiri. Anak-anak sekarang bisa dengan mudah mencari informasi baru melalui internet, bertanya kepada sang ahli, kerja praktek/magang dengan sang ahli dan bergabung bersama komunitas yang memiliki minat yang sama untuk mempelajari sesuatu yang dia minati. Misal : klub pecinta alam, klub sains, klub fotografi, klub komputer, dan lain sebagainya. 


Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan anak dalam memproses informasi (perceptual modality), yaitu gaya belajar dengan cara melihat (visual), gaya belajar dengan cara mendengar (auditori), dan gaya belajar dengan cara praktek (kinestetik). Setiap anak sebenarnya memiliki modal untuk mempelajari sesuatu melalui ketiga gaya tersebut, namun biasanya ada salah satu yang lebih menonjol. Dengan mengetahui gaya belajar yang cocok dengan anak kita, maka kita bisa membantu anak menyerap dan mempelajari materi dengan lebih cepat, efektif dan optimal. 


Anak juga harus sering dilatih untuk terampil bertanya. Sekolah kadang lebih mengajarkan anak untuk terampil menjawab, padahal terampil bertanya dapat membangun kreatifitas anak dan pemahaman terhadap diri serta dunianya. Keinginan belajar tumbuh dari munculnya berbagai pertanyaan dalam benak anak. Dorong mereka untuk terampil bertanya dengan konsep (5W+1H) : what, who, when, why, where, which one, dan how. Caranya kita bisa meletakkan suatu benda di hadapannya, lalu kita minta anak bertanya tentang benda tersebut. Kita juga bisa bertanya hal-hal yang menarik di sekitar anak. Pancing anak untuk bertanya dan kita harus sabar menjawab sampai anak paham penjelasan kita. Ulangi cara ini setiap harinya sehingga anak menjadi terampil bertanya. 


Cara belajar lainnya yang perlu dikembangkan adalah berfikir skeptik. Dewasa ini informasi apapun dapat dengan mudah dicari melalui internet seperti website, Google, facebook dan media sosial lainnya. Sebelum kita mempercayai isi artikel yang kita baca, terlebih dahulu harus dicari dengan cermat sumber artikel tersebut. Apakah sumbernya valid atau Cuma hoax saja. Jika kita senang memposting atau berbagi artikel di facebook, blog dan media sosial lain maka kita harus mengecek kebenaran dari informasi yang kita dapatkan. 

Alih-alih memberikan informasi yang benar, malah kita akan ditegur oleh orang lain karena berbagi informasi yang salah dan menyesatkan orang lain. Meski hanya berbagi informasi di dunia maya, kita harus tetap berhati-hati memberikan informasi yang benar, valid, tepat dan bermanfaat saja. Begitu juga ketika kita mendampingi anak-anak memcari informasi di internet, harus selalu diperhatikan rambu-rambunya agar anak tidak menelan mentah-mentah informasi yang dia baca, arahkan anak mencari sumber informasi di website yang sudah kita percaya sebelumnya, minta anak menyampaikan informasi yang mereka baca agar kita bisa mengecek kebenaran informasi tersebut.


Ketika anak memiliki semangat yang mengebu-gebu untuk mempelajari sesuatu, baik di sekolah maupun di rumah maka sebagai orang tua kita harus bisa menjaga agar semangat belajarnya tidak mudah padam. Tanamkan kepada anak-anak kalau belajar bukan untuk mengejar nilai saja, tetapi anak-anak harus tahu tujuannya dia belajar untuk apa. Tetapkan target yang jelas dan bisa dicapai anak sehingga ketika anak berhasil mencapai target yang kita tetapkan bersama, anak memiliki kepercayaan diri dan memiliki semangat untuk mencoba target belajar yang lebih kompleks lagi. Anak-anak harus paham sekali dengan materi yang kita berikan sebelum diberikan materi baru. Jangan ajarkan anak untuk sekedar menghapalkan materi saja, tetapi dia harus paham alur materi yang sudah kita berikan. Minta anak untuk menuliskan kembali apa yang dia pahami dan minta anak untuk menjelaskan materi yang dipelajari dengan alat peraga menarik yang dibuat bersama orang tuanya. 


Saat anak lemah mempelajari salah satu pelajaran di sekolahnya, seperti matematika maka kita tidak boleh memaksa anak untuk ikut les tambahan matematika dengan gurunya. Jika kita memaksa anak terlalu berlebihan belajar matematika yang menjadi momok baginya, hanya akan membuat dirinya stres. Kita harus bisa meninggikan gunung, bukan hanya meratakan lembah. Jika anak memiliki kelemahan belajar matematika tetapi senang belajar ilmu pengetahuan alam maka kita bisa tingkatkan waktu belajarnya menjadi lebih lama supaya anak bisa mencapai prestasi pada pelajaran yang disukainya. 

Good is not enough anymore, we must be different. Kalau kita ahli pada suatu bidang tertentu, maka orang lain tidak akan fokus lagi terhadap kekurangan yang kita miliki. Untuk bisa ahli di suatu bidang yang kita minati, kita harus targetkan waktu belajar yang konsisten setiap harinya. Luangkan 2 jam setiap harinya untuk belajar pelajaran yang paling kita sukai, hingga kita bisa menjadi ahli. Jika kita ingin menanamkan kebiasaan yang baik agar menjadi sebuah karakter seperti menulis artikel, maka setiap harinya kita harus meluangkan waktu untuk menulis beberapa paragraf hingga menjadi sebuah tulisan selama 90 hari. Pada hari ke 91 maka, kebiasaan itu akan menetap dan kita akan merasa ada yang kurang jika satu hari saja kita tidak menulis. 


Bagaimana caranya kita mengetahui passion anak supaya bisa dikembangkan menjadi sebuah keahlian yang bisa membuatnya berbeda dengan orang lain? Pertama-tama kita bisa memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba berbagai kegiatan yang ingin dilakukannya setiap hari. Selama anak melakukan berbagai kegiatan, maka kita bisa mengamati perilaku dan ekpresinya. Seorang anak yang memiliki passion mempelajari suatu materi yang disukainya, pasti matanya akan berbinar-binar saat mengerjakannya, dia bisa meluangkan waktu yang cukup panjang untuk mengerjakan sesuatu yang diminatinya. 

Misalnya anak senang membuat robot. Dia pasti akan menghabiskan waktu berjam-jam tanpa lelah untuk membongkar pasang robot yang dia bikin. Saat belum berhasil menyatukan bagian-bagian robot yang tertukar, maka dia terlihat tidak mudah menyerah dan terus mencoba. Dampingi anak saat anak asyik mengerjakan kegiatan yang disukainya, sesekali pancing dia bercerita kesukaannya membuat robot. Beri apresiasi yang cukup agar anak merasa dihargai usahanya. Anak pasti senang ketika kita juga terlibat dengan kegiatan yang disukainya. Selamat mencoba 

 






6 komentar:

  1. benar sekali tuh gan belajar itu tidak mengenal usia ,, asal kan kita niat dan ingin belajar pasti akan tercapai semua impian nya
    terimakasih atas postingan nya salam hangat gan : http://tanjungherbal.com/cream-arabian/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yupz bener banget gan.. Thanks udah mampir ya ..

      Hapus
  2. biasanya kalau anak2 saya lemah di salah satu mata pelajaran, yang saya cari tau lebih dahulu penyebabnya. Bisa jadi metode belajar yang diberikan gurunya kurang cocok

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mak, setuju.. Terimakasih sharingnya ya Mak.. :)

      Hapus
  3. Assalamualaikum bu shinta, bu bagaimana suasana puasa ramadhan di korea selatan saat ini bu?

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...