Laman

  • Home
  • About me
  • My Books
  • My Bussines
  • Lovely Hafidz
  • Lovely Nabila

Sabtu, 17 Agustus 2013

Home education untuk Nabila

 
Nabila mengerjakan soal matematika Korea di buku bank soal matematika setiap hari




“Aku nggak mau sekolah, Ummi!. Pokoknya Nabila mau sekolah di rumah aja sama Ummi”.

Ya, hampir setiap hari Nabila selalu mengajukan protesnya untuk berhenti sekolah di SD Jangjeondong yang baru dia masuki tanggal 4 Maret 2013. Keluhan ini sebenarnya mulai muncul setelah seminggu dia sekolah. Hingga sekarang ketika diminta untuk melanjutkan sekolahnya kembali selepas libur summer tahun ini, jawaban keras muncul dari bibir mungilnya “ Siro! (nggak mau!)”. 


Setelah sekian lama saya memutuskan untuk menahan diri saya untuk tidak membuat tulisan terkait kondisi dan pengalaman Nabila di sekolah, setiap hari selalu dirundung kegelisahan. Jujur sampai saat saya membuat tulisan ini, saya masih ragu dengan keputusan yang saya ambil. Apakah menarik Nabila dari SD Korea dan memutuskan untuk memberikan pendidikan langsung bersama saya di rumah adalah tindakan yang tepat? Bagaimana dampaknya bagi perkembangan kepribadian dan psikologis dia kedepannya? Apakah tidak merasa sayang sudah keluar dari sekolah yang bagus pendidikannya dan gratis pula? Apa nggak merasa menyesal udah berhentikan Nabila sekolah disana, nanti kalau dia bosan belajar di rumah bagaimana?

Begitulah kegelisahan yang saya alami setiap harinya. Saya memang tipe pemikir, alias sulit tidur nyenyak jika memikirkan sesuatu yang masih mengganjal pikirannya saya. Dari bulan Maret hingga Agustus, saya berusaha memikirkan dan mencari solusi yang terbaik untuk sekolah Nabila. 

Nabila mulai sekolah SD Jangjeondong tanggal 4 Maret 2013. Awalnya sempat ragu karena Nabila bilang dia tidak ingin sekolah di SD Korea dengan alasan saat sekolah di TK Dongbaek  hanya sedikit teman yang mau bermain dengannya. Hanya beberapa nama saja yang sering dia ceritakan setiap sepulang sekolah, Park Jae Bin, Yerimi, Hatewon dan Jau Jhin. Keempat teman itulah yang membuat Nabila bisa menikmati senangnya belajar dan bermain di TK Dongbaek. Saat itu saya menyakinkan dan mencoba memotivasi Nabila bahwa anak-anak SD tentu berbeda dengan anak TK. Mereka pasti lebih bisa menerima dan paham bahwa Nabila memang berbeda. Nabila yang beragama Islam dan memakai kerudung setiap harinya. 

Saat orientasi sekolah tanggal 4 Maret 2013, saya bersama mentor Korea juga suami pergi mengantarkan Nabila ke sekolahnya. Acara penyambutan siswa kelas satu baru yang semarak dan menyenangkan membuat saya semakin yakin bahwa Nabila akan senang sekolah disini dan keputusan untuk menyekolahkan di  SD Jangjeondong sangatlah tepat. Saya yakin sekali saat itu bahwa mereka pasti akan menerima Nabila dengan baik. 

Saat orientasi sekolah, saya bersama mentor menemui guru wali kelas menanyakan apakah pihak sekolah akan memberikan keringanan kepada Nabila untuk mengganti makanan yang tidak bisa Nabila makan dengan makanan seafood. Saya berusaha menyebutkan makanan apa saja yang tidak bisa Nabila makan seperti daging babi, ham, daging sapi, daging ayam, kaldu daging dan keju. Mendengar permintaan saya, guru segera menyampaikan maaf karena sepertinya pihak sekolah akan sulit untuk meluluskan permintaan saya. Guru mempersilahkan saya untuk menyiapkan bekal sekolah untuk Nabila setiap harinya. Alhamdulillah saya bersyukur sekali. Keyakinan saya makin bertambah bahwa Nabila bisa diterima di SD ini. Saya dan Nabila pulang dengan gembira. 

Seminggu berlalu, Nabila sering mengeluh kepada saya kalau teman-temannya tidak ada yang mau mengajak main. Nabila mengatakan mungkin penyebabnya dari kerudung yang dipakai Nabila. Saya dan mentor Korea lalu pergi menemui guru wali kelas saat usai sekolah. Saya menyampaikan kondisi Nabila kepada guru wali kelasnya. Gurunya mengiyakan kondisi Nabila di kelasnya dengan alasan karena teman-teman Korea sangat sulit menerima perbedaan Nabila baik dari segi penampilan dan makanan bekal Nabila. 

Guru Nabila meminta saya mengizinkan Nabila melepas kerudungnya selama sekolah di SD Korea. Nabila yang mendengarnya jelas menolak untuk melepaskan kerudungnya. Saya mengatakan bahwa kami belum bisa mengizinkan Nabila melepaskan kerudungnya karena kami adalah muslimah dan kerudung ini adalah perintah dalam agama Islam yang kami anut. 

Gurunya lalu menunjukkan sebuah gambar anak memakai kerudung yang digambar oleh Nabila.
“Inilah yang membuat Nabila sulit diterima teman-teman sekelasnya, Bu Nabila. Teman lainnya akan menggambarkan dirinya dengan anggota tubuh yang lengkap. Tetapi Nabila tidak menggambarkan telinga dan rambut seperti teman lainnya. Dia malah menggambar hijab yang menutupi rambutnya ini”, ujar gurunya menyakinkan saya. 

Saya hanya bisa tersenyum, karena memang seperti itulah penampilan keseharian Nabila di sekolah. Bingung harus menjawab seperti apa. Wajar kalau Nabila menggambarkan dirinya sesuai dengan kesehariannya. Mengapa hal ini bisa menjadi sulit diterima?, pikir saya di dalam hati. Saya berusaha menjelaskan dengan baik dan perlahan kepada ibu gurunya. Saya lalu membuka kerudung Nabila dan memperlihatkan kepada gurunya. 

Saya meminta gurunya untuk menunjukkan rambut Nabila yang ditutupi kerudungnya kepada teman-temannya besok supaya teman-teman bisa melihatnya bahwa tidak ada yang perlu dipusingkan dengan penampilan Nabila. Saya juga meminta gurunya menjelaskan alasan Nabila harus menggunakan kerudung ke sekolahnya setiap hari dan membawa bekal dari rumah karena orang Islam yang baik harus menghindari makanan yang berbahan daging. Saya berharap sekali gurunya bisa membantu saya dan masalah Nabila bisa selesai. 

Keesokan harinya Nabila bercerita kalau dikelas tadi gurunya menjelaskan kepada teman-temannya kalau Nabila adalah orang Islam jadi harus menggunakan hijab ke sekolah setiap harinya. Dan menjelaskan kalau Nabila tidak bisa makan daging-dagingan karena orang Islam dilarang makan daging dan menyukai makanan seafood juga sayur. Alhamdulillah, saya bersyukur sekali berharap semoga Nabila bisa diterima oleh teman-temannya. 

Dua minggu berlalu, Nabila masih mengeluh kalau Nabila masih tetap sulit memiliki teman. Saya mendengarkan ceritanya dengan seksama. Saya tahu Nabila pasti membutuhkan teman untuk menjalani hari-harinya di sekolah. Saya menawarkan beberapa tips sederhana untuk memperoleh teman di sekolah. Berikut ini beberapa tips yang saya sampaikan ke Nabila : Nabila bisa mulai mengajak duluan temannya untuk bermain bersama, Nabila bisa coba menawarkan diri untuk membantu teman, Nabila lihat aja dulu teman yang bermain sambil Nabila belajar gimana cara bermainnya setelah itu meminta teman untuk mengajak bermain dan memberikan hadiah berupa gambar atau stiker yang disukai temannya.

Di Korea, memang anak TK dan SD terbiasa saling memberikan hadiah kecil kepada teman-temannya. Nabila sering bertukar hadiah dengan teman-temannya. Bukan hadiah mahal, tapi hadiah kecil dan sederhana yang membuat mereka saling menyayangi satu sama lain. Acara pertukaran hadiah hanya bertahan beberapa hari saja karena Nabila mengatakan kalau teman-temannya hanya mau hadiah dari Nabila saja tetapi tetap tidak mau mengajak main. Saya menanggapinya dengan senyuman saja. Dia juga bilang sudah mencoba tips berteman yang sudah saya tawarkan, tetapi tetap saja dia tidak diajak main dan disuruh pergi menjauh dari mereka. 

Saya berusaha mendengarkannya dengan sungguh-sungguh. Saya lalu meminta Nabila untuk melakukan kegiatan-kegiatan seru yang bisa dia lakukan untuk mengusir kejenuhan. Dia memilih untuk membawa buku gambar dan menggambar di kelas saat temannya bermain di luar kelas. Dia lakukan hingga akhirnya bosan dan mengeluh kalau teman-temannya sering mengejek dia “Babo (bodoh)”, “Isange (aneh), jelek, monster dan lain-lain.

 Saya berupaya menghiburnya, sambil  memintanya untuk tidak mendengarkan ejekan teman-temannya. Saya mengatakan kalau Nabila tidak seperti yang dikatakan teman-temannya. Nabila adalah anak pintar karena bu guru bilang Nabila bisa berbahasa Korea dan pandai di kelas. Nabila juga gadis cantik ditambah kerudungnya, yang bikin Ummi Abi dan Allah sayang banget sama anak muslimah. Nabila bukanlah monster, mana ada monster yang imut seperti ini. Karena monster biasanya mukanya menakutkan dan jahat perilakunya. Nabila kan anak yang baik. 

Meski setiap hari saya selalu menguatkan hatinya, tetap saja dia menolaknya. Dia ternyata lebih menerima kata-kata temannya yang mempersepsikan dirinya seperti orang yang bodoh, jelek, aneh dan seorang monster. Kata-kata saya sulit diterimanya. Pada akhirnya julukan-julukan negative itu yang lebih melekat dan membentuk self esteem-nya (penilaian dirinya). Saya akui di usia sekolah memang penilaian dari teman-teman terhadap dirinya lebih berpengaruh, karena usia sekolah memandang teman adalah orang yang sangat penting bagi hidup mereka. Apa yang dikatakan temannya tentang dirinya adalah benar adanya. Mereka masih belum bisa memilah dan menerima bahwa tidak semua yang dikatakan temannya adalah tepat dan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. 

Hampir setiap hari, Nabila selalu tidak bersemangat pergi ke sekolah serta lesu sepulang sekolah. Tidak antusias kalau diminta menceritakan pengalamannya di sekolah saat saya mengajaknya bicara di malam hari menjelang makan malam. Tidak ada pengalaman menyenangkan yang dia ceritakan. Semuanya cerita pengalaman teman-temannya yang tidak mau mengajak bermain, mengolok-olokinya dan mengusilinya. Saya hanya berusaha menyakinkan kalau Nabila kelak pasti akan memiliki teman yang baik seperti di TK dulu. 

Perkembangan emosi Nabila selama sekolah di SD Korea juga berubah drastis. Dia menjadi anak yang pemurung, uring-uringan, menangis setiap kali menceritakan keusilan temannya, menilai negatif dirinya sendiri. Dia pernah bilang “Nabila ini memang bodoh ya Ummi, nggak ngerti pelajaran Korea seperti teman-teman lainnya, pantas aja temen-temen nggak ada yang mau ajak main ya”, “Kenapa sih Ummi, Nabila nggak ada yang mau ajakin Nabila main. Pasti karena Nabila pakai kerudung ya Ummi. Padahal anak yang pake kerudung itu kan nanti masuk surga ya”, dan ungkapan negatif lainnya. Nabila juga sering membantah nasehat dan kata-kata saya sebagai bentuk protesnya karena meminta dia terus bertahan di sekolahnya. Saya sempat merasa bersalah membuatnya jadi seperti ini.

Selain masalah pertemanan, memang masalah akademik menjadi penyebab dia tidak bisa menikmati belajarnya di sekolah. Penyebab utamanya adalah miskomunikasi dan hambatan bahasa. Saya akui kemampuan bahasa Korea saya dan suami juga kurang lancar. Nabila memilih berbahasa Indonesia saat berkomunikasi harian di rumah. Saya paling senang menyimak celotehan dia saat bermain boneka atau merekam kegiatannya menggunakan bahasa Korea melalui handphone Abinya. 

Saya akui kemampuan bahasa Korea dia cukup baik, hanya saja tentu tetap kurang dibandingkan dengan kemampuan berbahasa teman-teman Koreanya. Inilah pokok permasalahannya. Dia kadang bisa paham apa yang diajarkan di sekolah, namun tidak menutup kemungkinan dia pasti mengalami kebingungan bahasa di kelasnya. Nabila sering bercerita kadang ingin menangis rasanya kalau dia tidak bisa menjawab pertanyaan gurunya. Dia malu sama teman-temannya kalau lama menjawab pertanyaan dari gurunya.

Guru sering menegur Nabila karena sering mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas sekolah yang tidak sesuai dengan petunjuk gurunya. Teman-teman sekelasnya juga sering menertawakan Nabila jika Nabila salah mengerjakan sesuatu di sekolahnya. Inilah yang makin menguatkan persepsi Nabila kalau dia benar-benar anak yang bodoh. Padahal saya sering menguatkan hatinya dengan mengatakan kalau dalam proses belajar, salah itu tidak apa-apa karena guru akan memberi tahu jawaban yang tepat seperti apa.

 Saya juga menyakinkan dirinya bahwa kalau Nabila masih belum tepat mengerjakan tugas sekolah karena Nabila bukan orang Korea dan kedua orang tua Nabila juga bukan orang Korea, jadi kalau ada yang belum benar ya tidak mengapa. Namun Nabila masih sulit menerima pendapat saya. Saat dia mendapatkan PR Matematika, dia akan marah pada saya karena ternyata jawabannya salah dan hanya dia yang menjawab salah diantara jawaban teman-temannya yang benar. Itulah yang kami alami selama empat bulan berjalan. 

Saya sering mencoba mendiskusikan masalah Nabila dengan orang-orang yang bisa membantu saya, seperti mentor Korea, guru bahasa Korea,teman Korea, imam masjid Korea, teman mixmarried yang anaknya juga sekolah di SD Korea juga beberapa teman Indonesia yang menyekolahkan anaknya di SD Korea. Tapi hampir semua orang Korea (baik teman Korea, mentor Korea dan Imam masjid Korea) sepakat bahwa masalah pertemanan Nabila di sekolah disebabkan kerudung yang dipakai Nabila dan makanan haram yang dihindari Nabila di sekolah. 

Mentor Korea sempat menasehati saya, :" Kamu harus tetap menyekolahkan Nabila di SD. Tidak ada orang Korea yang menerapkan homeschooling untuk anaknya. Ini pilihan yang tidak umum. Kasihan Nabila belajar di rumah, nanti dia akan bosan. Dia tetap butuh teman. Semua anak kelas 1 SD juga stress seperti Nabila karena adaptasi sekolah, banyaknya kursus yang diambil sepulang sekolah, dan beratnya pelajaran di sekolah. Nabila tidak sendiri, pokoknya Nabila harus tetap sekolah".

Imam Korea masjid Al-Fattah Busan menasehati suami saya : " Situasi yang dialami Nabila sangat berat. Dan itu akan dialami oleh sebagian besar anak-anak mixmarried disini. Kerudung yang dipakai Nabila tidak akan diterima di sekolah dan teman-teman Koreanya. Lebih baik kamu ambil anakmu dari sekolahnya dan ajarkan pelajaran yang akan dipelajari di Indonesia nanti. Jangan fokus mengajari bahasa Korea. Bahasa Korea yang tidak pernah digunakan akan cepat hilangnya kalau nanti Nabila pulang ke Indonesia".

Teman Mualaf Korea mengatakan " Memang beginilah kondisinya Shinta. Saya sudah menduga Nabila akan mengalami masalah pertemanan dan sosialisasinya di sekolah. Karena saya paham dengan pemikiran orang Korea kebanyakan yang tidak bisa menerima keberadaan orang asing, apalagi berkerudung seperti Nabila".

Dari hasil diskusi panjang yang kami lakukan, memang dapat ditarik kesimpulan bahwa memang tidak semua sekolah keadaannya seperti sekolah Nabila. Tergantung bagaimana guru membantu menyikapi masalah ini dengan bijaksana dan memahamkan murid kelasnya untuk bisa menerima perbedaan budaya, agama dan kebiasaan dari warga negara di luar Korea. 

Meski memang sering ditemui anak-anak pernikahan mixmarried mengalami hal yang sama. Alasannya karena warga Korea memang sulit menerima keberadaan dan perbedaan yang mencolok baik secara fisik dan budaya anak-anak warga asing dan anak mixmarried. Setelah mempertimbangkan banyak hal, berdiskusi panjang dengan suami, sholat istikharah, dan meminta saran dari berbagai pihak, sejak tertanggal 1 Juli 2013 saya memutuskan untuk menerapkan home education pada Nabila. Saya berfokus mengajarkan Nabila belajar untuk persiapan masuk SD kelas satu di Indonesia nanti. Saya mulai intensif mengajarkan Nabila membaca dan menulis huruf alphabet dan bahasa Indonesia. Saya mencoba mendownload dan print buku-buku elektronik yang bisa saya unduh di buku elektronik sekolah

Alhamdulillah sekitar 1,5 bulan home education berjalan, Nabila tidak stress lagi. Dia kembali ceria. Dia mampu meregulasi dirinya sendiri untuk mengerjakan soal-soal yang saya siapkan, semangat belajar bersama dan rajin membaca, menulis juga berlatih berhitung. Semuanya dilakukan dengan senang hati. Dia benar-benar menikmati home education bersama saya. Untuk perkembangan sosialisasinya, saya masih bisa mengajak Nabila bermain dan berkunjung dengan teman-teman Indonesia yang seumuran maupun yang lebih muda usianya agar Nabila tetap bisa belajar bersosialisasi. Anak-anak Pakistan, Bangladesh, Korea Muslim dan Malaysia masih bisa menerima Nabila dan senang bermain bersama. Daripada saya terus mempertahankan hubungan pertemanan yang tidak sehat antara Nabila dan teman-temannya di sekolah. Semoga apa yang Ummi berikan untukmu bisa membuatmu berkembang lebih baik ya Nabila.

Alhamdulillah, saya berharap bisa belajar banyak dari pengalaman menyekolahkan Nabila sebelumnya dan tidak menyesalinya lagi. Saya memandang pengalaman tersebut mengajarkan saya banyak hikmah yang berharga. Saya lakukan semua ini semata-mata untuk mencari keridhoan Allah dan kebahagiaan juga masa depan Nabila. Semoga Allah memudahkan langkah kami ini..aamiin.. ^_^

Beberapa artikel menarik seputar permasalahan seputar anak-anak multicultural :


Children born from cross-cultural marriages have steadily increased their presence in Korea but they still face serious discrimination and bullying at school. According to the Ministry of Public Administration and Security, their number rose about 3.4 times in less than four years, or 25,000 annually, from 44,258 in May 2007 and 151,154 in January last year, as the country has seen increasing migrant workers and cross-cultural couples.

In a survey of 186 children from cross-cultural homes last year, the National Human Rights Commission found that 37 percent had been bullied at school. Some 41.9 percent were ridiculed because of their strange accent, and 21 percent were told by their classmates to "go back your country."




This is a story about a multicultural family that was featured on Yonhap News on January 8, 2012. A boy from a multicultural family, with a father from Bangladesh and a Korean mother, often told his parents that he wanted to commit suicide. Although he was only 11 years old, he often thought about the least painful way of dying. His father said, “I first thought that he could get through these hardships. But after I heard of a middle school student in Daegu who committed suicide because he was bullied at school, I felt my son could get into an urgent situation.” He also mentioned mob violence that happened in the classroom last year in May. 

On that day, as teachers did not come to the class, students were left without any control. Becoming bored, students in the class voted for the freakiest classmate. All the students except two voted for the boy from a multicultural family. After finishing the vote count, three male students hauled him to the back of the classroom and kicked him for a while. Later, the homeroom teacher came to the classroom and controlled the situation. However, the teacher did not tell the boy’s parents what happened or express his or her regret. After that incident, he could not go to school for four days.

Like this case, kids in multicultural families have trouble adapting to school and making friends because of the psychological isolation they feel from people around them. According to a research conducted by Professor Seol Dong-hun, when he asked the bullies why they picked on kids from multicultural families, 34.1 percent of them answered that it was because they had foreign parents. Some of them answered that ‘they cannot communicate with us smoothly,’ ‘there is no specific reason,’ ‘they behave differently from us,’ and ‘they have a different appearance.’ Put these together, we can see the reasons why kids from multicultural families are bullied are not reasonable or sensible. 

The problem of them being bullied can be more critical because they cannot discuss possible solutions with their parents since they cannot speak Korean smoothly. If they cannot solve these kinds of problems during their childhood, they may feel frustrated and become confused about their identity. Additionally, some of the kids in the multicultural families cannot speak Korean fluently because they do not use Korean at home when communicating with their parents. This leads to troubles not only in social interaction, but also in learning. To help solve the problems in their lives, supporting them with money, practicing affirmative action and centers for multicultural families are not enough. This is because these can lead to a rather biased perception among Koreans.


Nabila menggambarkan perasaan sedih yang dialaminya di sekolah lewat coretan tangannya

 
Nabila belajar membaca buku pelajaran bahasa Indonesia


Nabila senang belajar dengan buku elektronik sekolah di bes


Nabila senang mengerjakan soal matematika di buku bank soal matematika Koreanya


Nabila belajar menulis dan membaca huruf hijaiyah sehingga mudah membaca IQRO


Nabila mencoba membuat buku harian sendiri


Belajar membaca dan menulis menggunakan media yang menarik


Sahabat perempuan Indonesia Nabila di Busan

28 komentar:

  1. Balasan
    1. Jazzakillah khoir ammah Caca..Semoga Ammah baik-baik saja di Mesir sana ya..Ummi dan Nabila doakan Mesir segera aman kembali. aamiin.. ^_^

      Hapus
  2. Semangaat Nabila sayang, umi Olil mendukung keputusan umi Nabila

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jazzakillah khoir, Ummi Olil..Peluk cium buat Ummi Olil..Doakan Nabila bisa melewati semuanya dengan kuat ya Ummi.. ^_^

      Hapus
  3. Tri Sulasiana Baiduri18 Agustus 2013 pukul 01.01

    Masyaallah luar biasa...kakak Nabila benar-benar anak Muslim yang hebat. Salut dengan keteguhan Nabila dan kegigihan orangtuanya.
    Jazakillah khairan katsiraa telah berbagi kisah berharganya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Afwan..Mohon doa dan nasehatnya selalu Ammah Tri..Doakan Ummi, Abi dan Nabila istiqomah memegang iman di dada meski ujian datang menguji..aamiin.. ^_^

      Hapus
  4. Mbak, terima kasih atas sharingnya. Menambah wawasan saya. Tetap semangat ya, Nabila, Muhajidah Cilik. *peluk*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jazzakillah ammah Haya..Insyallah doakan Nabila bisa kuat dan istiqomah ya Ammah.. Peluk hangat dari Nabila di Busan.. ^_^

      Hapus
  5. senangnya kakak Nabila akhirnya bisa belajar dengan tersenyum...

    mba Shinta, coba bergabung di Indonesia Homeschooler facebook group. itung - itung tambah teman dan wawasan melaksanakan homeschooling.

    BISA!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah saya juga udah bergabung disana mbak.. Terimakasih tante Rika ^_^

      Hapus
  6. Makasih Mak Rika..Iya sy sudah gabung di grup Homeschooler..Sempat ikut workshop HS mbak Lala dan pak Aar hehe.. Makasih tante Rika.. ^_^

    BalasHapus
  7. Subhanaallah. Perjuangan dinegeri orang. Kmaren ngga sengaja baca soal sulitnya Islam berkembang di Korea, krn orang Korea sulit menerima budaya lain. Ternyata Shinta dan keluarga mengalami langsung. Smoga terus istiqomah dan dimudahkan. Thanks for sharing. Nabila umur brp skarang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah terimakasih tante Nurul..Nabila umurnya 7 tahun bulan desember nanti.. ^_^ Doakan kami tetap istiqomah ya..

      Hapus
  8. Subhanaallah. Perjuangan dinegeri orang. Kmaren ngga sengaja baca soal sulitnya Islam berkembang di Korea, krn orang Korea sulit menerima budaya lain. Ternyata Shinta dan keluarga mengalami langsung. Smoga terus istiqomah dan dimudahkan. Thanks for sharing. Nabila umur brp skarang?

    BalasHapus
  9. alhamdulillah Nabila udah ceria lagi. Semangat terus, ya, Nabila :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih banyak kakak Keke dan kakak Naima.. ^_^

      Hapus
  10. wah, Nabila kecil-kecil sudah istiqamah ya tidak mau melepas kerudungnya. Semoga seterusnya ya Nak. Pendidikan semahal apapun, kalau membuat anak tidak nyaman dan bahagia malah tidam membawa hal positif ya Mbak untuk anaknya sendiri. Syukurlah Nabila sudah melewati masa itu. Tapi Mbak, ada yang ngeganjal nih, di tulisan Mbak kok ada kalimat Islam melarang makan daging? Bukannya hanya daging-dagimg dari hewan tertentu yang sudah jelas haramnya? Maaf, penasaran..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin..Makasih banyak doanya ya mbak.. Kebetulan SD Nabila nggak mahal mbak, tapi gratis hehe..Iya mbak Rebellina, saya dan teman-teman disini memang menghindari daging sembelihan orang Korea non muslim karena tata cara penyembelihannya tidak mengikuti syariat Islam dan tidak membaca bismillah juga.. Semoga bisa dipahami ya mbak.. ^_^

      Hapus
  11. masyaAllah...
    semangat ya mbak shinta n dede nabila..
    semoga Allah selalu membantu langkah2 kita yg rindu surga..^^

    Leshya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin..Makasih tante Angie sayang..Tante juga semoga dimudahkan ya kuliah dan ibadah disini.. ^_^

      Hapus
  12. MasyaAllah...
    sungguh tak mudah ya mnjdi ibu,,,dan sungguh tak mudah mnjdi minoritas d negri yg majoritas atheis,,
    tp tetaplah semangat...insyaAllah Allah akan ttp membantu org2 yg rindu surga...
    aamiinnn,,insyaAllah,,
    tetap semangat Nabilaa..sekolah=Jihad fissabilillah..^^

    BalasHapus
  13. Balasan
    1. Terimakasih sudah mampir ke blog kami..Saya masih baru belajar juga..Masih mencoba terus gimana cara belajar yang asyik dan seru untuk Nabila hehe..

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...