Laman

  • Home
  • About me
  • My Books
  • My Bussines
  • Lovely Hafidz
  • Lovely Nabila

Senin, 23 Maret 2015

Berjilbab di negeri Ginseng*




Cover Buku Majalah D'Rise
Tak terasa sudah memasuki tahun keempat kehadiranku dan keluarga kecilku di Korea Selatan. Aku menemani suamiku yang melanjutkan studi doctoral  (S3) di kota Busan, sebuah kota metropolitan yang letaknya sekitar 5 jam dari Ibukota Seoul.  Dibandingkan Seoul, Busan bisa dikatakan sebagai kota yang nyaman karena jauh dari kepadatan populasi, kemacetan kendaraan dan lalu lalang orang yang berdesakan saat menumpang kereta listrik (subway) di sepanjang stasiun setiap harinya. Busan juga memiliki suhu yang cukup hangat dan tidak terlalu ekstrim seperti di Seoul. Saat musim dingin (winter), Busan masih terbilang “hangat” karena suhunya tidak terlalu dingin dan tidak banyak turun salju. Saat musim panas (summer) tiba, kota Busan yang banyak dikelilingi pegunungan dan pantai terasa lebih sejuk dan tidak sepanas di Seoul.

Meski jarak Busan - Seoul cukup jauh tetapi kebudayaan dan gaya hidup penduduk Busan tidak jauh berbeda dengan penduduk Seoul. Bisa dibilang kalau negara Korea Selatan adalah negara yang paling homogen setelah Korea Utara. Para penduduknya memiliki karakter yang khas yaitu mereka tidak ingin tampil berbeda dengan orang lain. Pokoknya orang selalu ingin sama dengan orang lain. Ketika media Korea Selatang memuji artis Jang Geun Seok sebagai pria terganteng dan artis Kim Hyo Jin sebagai artis tercantik maka semua orang berbondong datang ke klinik kecantikan untuk mengubah wajahnya seperti dua artis tersebut. Wajar jika wajah orang Korea Selatan bisa dibilang “mirip semua”. Ada teman yang menyelutuk  kalau wajah orang Korea sama semua karena cetakan wajah yang ada di klinik operasi sama dengan artis-artis idolanya. 

 Kebanyakan orang Korea Selatan memandang bahwa operasi plastik itu sah-sah saja. Mereka sudah tidak segan-segan lagi melakukan operasi plastik untuk mengubah dan menyempurnakan bentuk tubuhnya sesuai keinginan hatinya.  Klinik operasi plastik menjamur dimana-mana. Di daerah Gangnam yang terkenal dengan klinik operasi plastik terbaik di Korea, sangat mudah menemui klinik yang tersebar di daerah itu. Sekitar 500 klinik operasi plastik yang besar dan kecil ada disana. Kota kecil dan pedesaan juga tak luput dari keberadaan klinik operasi plastik. Aku sendiri sempat kaget ketika pertama kali datang ke Korea dimana banyak kutemui iklan klinik operasi plastik yang tersebar di tempat umum, baik di transportasi, iklan layanan masyarakat, iklan di surat kabar, iklan televisi dan di rumah sakit. Aku yang selama ini menganggap bahwa operasi plastik adalah sebuah upaya penipuan diri dan tentu saja berdosa di dalam Islam sangat membenci keberadaan operasi plastik yang ada di kota Busan. Menurut pendapatku, orang yang melalukan operasi plastik sebenarnya memiliki kepribadian yang rapuh, tidak mensyukuri anugrah Allah dan memandang rendah dirinya sendiri.

Operasi plastik di Korea Selatan dianggap sebagai mekanisme survival mereka. Artinya seseorang sangat menggantungkan operasi plastik sebagai cara agar mereka bisa tetap bertahan hidup dan eksis di dunia. Seseorang dikatakan bahagia jika dia sudah melakukan operasi plastik dan jika kita berusaha tampil apa adanya saja, maka kita akan tersingkir dari kultur sosial. Miris tapi ini nyata terjadi. Sungguh menyedihkan ketika seorang teman atau kerabat yang kita kenal hanya memandang kebaikan dan kesuksesan hidup dari tampang yang dimiliki. Bisa dikatakan kalau warga Korea sendiri sangat rasis terhadap rasnya sendiri. Mereka memiliki penilaian subjektif yang tidak bisa ditawar dan dinegosiasikan. 

Dulu ras Korea Selatan terkenal sekali dengan wajahnya yang bulat, rahang yang besar, wajah yang kotak, bermata sipit dan berhidung pesek. Namun setelah masuknya budaya barat ke negeri Korea Selatan maka perubahan paradigm terjadi. Semua orang memandang Amerika sebagai kiblat mereka. Mereka sangat mengagumi dan ingin memiliki struktur wajah dan tubuh yang sama seperti orang Amerika pada umumnya. Menurut mereka, seseorang dikatakan cantik apabila memiliki wajah yang cantik, hidung yang mancung, kelopak mata yang besar, hidung yang bulat, dagu yang lancip, tubuh yang langsing dan payudara yang berisi. Tidak jauh berbeda jika mereka memandang pria yang ganteng adalah pria yang kekar, tinggi, memiliki wajah yang panjang, hidung mancung dan memiliki wajah yang terawat. 

Ada satu pola pikir yang cukup “menonjol” di Korea Selatan yaitu, sesorang akan memandang orang lain dari penampilan luarnya saja. Pepatah “Don't judge a book by its cover ” tidak berlaku disini. Mereka mengaku bisa menilai baik buruk seseorang hanya dengan melihat penampilannya saja. Ini sangat menarik karena selama ini kita beranggapan kalau kita sulit menilai seseorang dari penampilan luarnya saja. Penampilan luar sangatlah menipu. Seseorang yang sederhana dan tidak cantik bukan berarti dia orang yang buruk akhlaqnya. Kita sering menilai kalau kecantikan wajah yang tidak dibarengi inner beauty (kecantikan jiwa) maka bukanlah apa-apa. Seseorang yang memiliki akhlaq mulia dan perilaku yang baik tentu lebih baik kepribadiannya. 

Kabarnya seseorang yang melamar pekerjaan akan menghabiskan uang yang banyak untuk melakukan operasi plastik agar penampilan mereka cantik, langsing dan menarik. Keahlian dan prestasi bukanlah alasan kuat diterimanya mereka di tempat kerja. Makin cantik dan ganteng, maka dia berpeluang besar untuk diterima. Inilah yang mendorong para orang tua untuk memberikan hadiah operasi plastik saat anaknya libur panjang sekolah, dimana mereka bisa menjalani operasi plastik dan pemulihannya selama liburan. Saat anak-anak lulus SMA, orang tua juga segera mengantar anaknya pergi ke klinik kecantikan untuk mengubah penampilannya agar lebih menarik. Operasi paling dasar yang dilakukan anak-anak SMA adalah membuat lipatan mata agar mata terlihat besar dan kelopak mata terbentuk. Saat melihat anak-anak SMP, aku sering melihat wajah yang masih alami dan bentuk wajah yang masih kotak, dan tubuh yang sedikit gempal. Namun buatku itu terlihat lebih cantik dan sehat.

Karena warga Korea Selatan sangat memperhatikan penampilan, maka setiap orang memiliki sense of fashion yang sangat tajam sehingga mereka sangat fashionable sekali sehari-harinya.  Saat pertama kali menginjakkan kaki di Korea Selatan, aku sangat terkejut dengan orang-orang yang kutemui di sepanjang jalan. Semua terlihat sangat fashionable , bak melihat manekin berjalan. Mirip fashion show yang sering kita lihat di layar kaca. Baik itu wanita maupun pria. Baik nenek-nenek, ibu-ibu, remaja dan anak-anak sekalipun. Sejak kecil orang tua Korea sangat memperhatikan penampilan anak-anaknya. Pakaian, sepatu, tas dan aksesoris yang dipakai biasanya bermerk mahal. Tatanan rambut juga tak kalah cantiknya karena sejak kecil mereka sudah diperkenalkan dengan perawatan rambut di salon rambut. Jumlah salon ini juga sama banyaknya dengan klinik operasi plastik. Setiap selisih 1 blok jalan, selalu ada salon perawatan rambut. Toko kosmetik pun bak jamur di musim hujan, selalu menawarkan diskon dan sale yang menarik pengunjung.

Kondisi yang kutemui di Korea Selatan tidaklah serta merta merubah pandanganku dan ikut-ikutan seperti mereka. Alhamdulillah aku dan putriku bersyukur diberi keteguhan iman dan keistiqomahan untuk mengenggam iman di dada kami. Meski setiap mata memandangku dan putriku setiap keluar rumah dengan menggunakan kerudung dan jilbab yang menutupi seluruh tubuh. Tak sedikit orang yang kutemui berdecak heran dengan penampilanku. Mereka yang penasaran tak segan menanyakan apa yang ada di kepalaku? Topi apa yang kupakai?. Ya, ternyata meski kecepatan koneksi internet negeri mereka tercepat di dunia dan tekhnologi mereka sangat pesat, pengetahuan mereka tentang agama Islam sangatlah minim. Mereka tidak mengenal apa itu kerudung yang digunakan para muslimah saat keluar rumah. Mereka pikir kerudung adalah pakaian tradisional Indonesia saja. 

Memakai kerudung saat musim panas memiliki tantangan terberat menurutku. Setiap keluar rumah, semua orang yang kutemui akan memandang aneh dan risih penampilanku. Saat mereka bebas membuka aurat mereka dengan pakaian mini, sangat kontras dengan penampilanku yang serba tertutup. Sering mereka bertanya, “ apa tidak kepanasan?”. Banyak temanku dan orang yang kutemui menyuruhku melepas kerudung karena saat ini aku berada di Korea. Saat aku menjawab bahwa aku tidak bisa melepas kerudungku karena Tuhanku yang menyuruhku, mereka segera menjawab cepat “ Oh Tuhanmu tidak akan tahu, karena kamu sekarang ada di Korea maka ikuti saja kebudayaan disini. Kamu bisa pakai kalau pulang ke Indonesia”. Aku hanya menjawab singkat, “Tuhanku selalu melihatku dan aku senang memakai hijab ini”. Mereka hanya diam sambil menganguk-angukkan kepalanya.

Putriku yang bersekolah dengan berkerudung juga beberapa kali cerita diminta gurunya melepas kerudung dan menggunakan baju lengan pendek agar tidak kepanasan. Namun putriku selalu menolaknya dan menjawab “ tidak apa-apa bu guru, ini tidak panas kok. Saya sudah terbiasa jadi tidak merasa kepanasan”. Alhamdulillah meski berkerudung, putriku tetap diterima baik di sekolahnya. Teman-temannya juga tak segan mengajaknya bermain. Maka saya sering sedih ketika melihat beberapa teman yang melepas kerudungnya saat berada di Korea. Aku selalu berdoa semoga Allah selalu meneguhkan seluruh muslimah di Korea agar bisa istiqomah dan bangga dengan kerudung dan jilbab yang dipakai. Ini adalah bentuk ketakwaanku pada Rabbku. 

*Note : Tulisan ini dimuat di Majalah Remaja Islam D'Rise Edisi April

3 komentar:

  1. wah salut bisa mempertahankan jilbabnya di negri minoritas Islam...

    BalasHapus
  2. wah tulisan yang bagus makasih udah mencantumkan drise... tpi bisa gak ya majlah remaja islam drisenya di kasih link ke web drise http://drise-online.com/

    BalasHapus
  3. wah salut mbak, anak mbak juga keren bisa mempertahankan jilbabnya
    mbak mau tanya, mbak tinggal di korea? kalau iya, punten bisa diceritakan bagaimana mbak bisa pergi ke korea
    mohon sharingnya

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...